Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Cuitan Warganet Beli Boneka di AS Ternyata Buatan Cianjur, karena Upah Buruh Murah?

Kompas.com - 27/10/2022, 15:33 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Foto produk buatan Indonesia yang dijual di luar negeri kembali ramai dibicarakan di media sosial. Kali ini giliran produk boneka yang dijual di Amerika Serikat (AS) viral di platform media sosial, Twitter.

Akun bernama @imrenagi menceritakan pengalamannya membeli boneka dengan kostum astronaut bewarna merah muda di museum AS. Setelah dicek, ternyata boneka tersebut diproduksi di Kabupaten Cianjur, Jawa barat.

"Habis beli boneka di museum di DC. Nyampe rumah liat tag nya made in Cianjur. Antara bangga dan pengen ketawa jauh2 ke DC beli boneka buatan Cianjur," tulis akun tersebut, Rabu (26/10/2022).

Baca juga: Viral Video Dugaan Pencurian Kabel, Ini Penjelasan KAI

Dilihat dari gambar yang ditautkan dalam cuitan tersebut, boneka itu ternyata merupakan produksi perusahaan asal Korea Selatan, Aurora World Inc. Raksasa produsen boneka itu memang memiliki pabrik di Kabupaten Cianjur.

Cuitan tersebut mendapatkan banyak respons dari netizen. Beberapa netizen menceritakan pengalaman serupa dengan produk yang berbeda.

"Beli sepatu nike di Sydney, sampai di bali baru sadar ini made in Indonesia, tapi memang bagus banget sih kualitasnya," tulis salah satu akun.

Baca juga: Viral Agen Asuransi Punya Penghasilan Rp 1 Miliar, Berapa Komisi yang Didapat?

 

Namun ada warganet yang justru menyoroti label yang ada di boneka tersebut. Meskipun diproduksi di Cianjur, boneka tersebut merupakan keluaran perusahaan asal Korea Selatan, Aurora World Inc.

Warganet tersebut menilai, hal itu menunjukkan rendahnya upah buruh di Indonesia. Dengan demikian, perusahaan multinasional memilih untuk membuka pabrik di Tanah Air.

"Gemes gw baca komennya, ini tuh bukan perkara 'produk Indonesia sudah mendunia'. Karena upah buruh murah, biaya operasional murah, ditambah ada UU Ciptaker, makanya brand luar pada bikin pabrik di Indo. Biar mereka untungnya lebih gede lagi," tulis salah satu akun Twitter lainnya.

Baca juga: Viral WNA Bagikan Mi Instan ke Penumpang Kereta, KAI: Makanan Berat Baru Diberikan di Stasiun Kroya dan Kutoarjo


Upah murah bukan segalanya

Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J. Supit mengatakan biaya tenaga kerja atau labor cost yang murah memang menjadi salah satu pertimbangan perusahaan asing menjalankan bisnisnya di Indonesia. Namun, hal tersebut bukan segalanya.

Menurutnya, aspek penting lain yang dipertimbangkan oleh perusahaan ialah tingkat produktivitas tenaga kerja. Sebab, dengan tingkat produktivitas yang tinggi, perusahaan tentu bisa mendapatkan labor cost yang lebih efisien.

"Dengan jumlah buruh yang sedikit tapi produktivitas tinggi, artinya labor cost kompetitif dibanding buruh banyak produktivitas rendah," ujar dia, kepada Kompas.com, Kamis (27/10/2022).

Baca juga: Luhut Sebut Upaya Pemangkasan Biaya Logistik Sudah Sesuai Strategi Pencegahan Korupsi

"Pada akhirnya berapa persen labor cost terhadap ongkos produksi kita," tambah Anton.

Lebih lanjut Anton bilang, dengan diproduksinya barang perusahaan multinasional di Tanah Air, maka Indonesia telah menjadi bagian dari rantai pasok dunia. Untuk menjadi bagian dari rantai pasok ini, perusahaan besar telah mempertimbangkan banyak aspek.

"Mereka masih melihat kita sebagai bagian dari global chain mereka. Artinya di mana dirasakan mereka memproduksi ini, katakan production cost masih kompetitif, bisa bersaing," tuturnya.

Meskipun demikian, Anton menilai, secara umum tingkat produktivitas tenaga kerja RI masih kalah dengan negara setingkat, misalnya Vietnam. Oleh karenanya, pasar tenaga kerja nasional masih perlu untuk ditingkatkan kualitasnya.

"Tantangan buat kita meningkatkan komptensi SDM kita," ucap dia.

Baca juga: Moeldoko: Jangan Sampai Ganti Pimpinan, Ganti Juga Kebijakannya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Whats New
Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Whats New
Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Whats New
Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Whats New
Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Whats New
Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Whats New
Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Whats New
Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

Whats New
Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Whats New
Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Whats New
Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Whats New
Kinerja 2023 'Kinclong', Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Kinerja 2023 "Kinclong", Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com