KOMPAS.com - Kalla Grup atau juga biasa disebut KALLA, kini tepat berusia 70 tahun dan memasuki generasi keempat dengan perkembangan bisnis yang semakin pesat. Gurita bisnisnya pun merambah ke berbagai sektor.
Sebagai salah satu perusahaan terbesar di Timur Indonesia, Kalla Grup saat ini dipimpim Solihin Kalla. Pewaris Kalla Grup ini mulai memimpin perusahaan sejak 2018 lalu.
Solihin Kalla tak lain adalah anak dari Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden RI. Ia meneruskan estafet bisnis dari sang ayah.
Solihin sendiri ialah President Director keempat KALLA, sejak 2018, setelah Hadji Kalla (1952-1967), HM Jusuf Kalla (1967-1999), Fatimah Kalla (1999-2018).
Baca juga: Pakai APBN untuk Kereta Cepat, Jokowi Ingkar Janji?
Kalla Grup didirikan pada 1952 lalu saat Haji Kalla dan Hajjah Athirah Kalla mulai menjalankan bisnis tekstil di kota Wantampone, Sulawesi Selatan.
Pada generasi pertama ini, Kalla Grup merambah bisnis transportasi. Bisnis ini mencakup pengangkutan hasil bumi dari Bone ke Makasar dan pengoperasian mobil penumpang jenis station wagon yang melayani trayek Makasar-Bone.
Titik balik bisnis Grup Kalla mulai menjadi korporasi besar yakni saat perusahaan ditunjuk menjadi dealer mobil Toyota di Indonesia Timur.
Perusahaan itu terus membesar dan menjangkau sejumlah sektor usaha mulai dari bidang perdagangan, transportasi, infrastruktur, properti, manufaktur, energi, hingga pendidikan.
Baca juga: Kereta Cepat Mau Dilanjut sampai Surabaya, Ini Rutenya
Dikutip dari laman resmi KALLA, di sektor otomotif, Grup Kalla adalah pemilik Kalla Toyota yang merupakan distributor mobil-mobil pabrikan Toyota di kawasan Indonesia Timur.
Grup Kalla juga merupakan pemilik dari Kalla Kars, salah satu dealer resmi Jeep, BMW, KIA, dan Motorrad di Indonesia. Kalla Kars memiliki outlet yang tersebar di kota besar di Sulawesi seperti Makassar, Palu dan Manado. Perusahaan juga memiliki jaringan bengkel bernama OtoXpert.
Sementara di sektor logistik, Grup Kalla juga memiliki armad angkutan kapal dari berbagai jenis, dari tug boat hingga kapal Ro-ro yang berada di bawah bendera Kalla Line.
Di darat, Kalla menjalankan bisnis rental bus dan kendaraan roda empat yang melayani instansi pemerintah dan swasta. Grup Kalla juga lekat dengan PT Bukaka Teknik Utama Tbk, sebuah perusahaan di Bogor yang terkenal sebagai produsen garbarata.
Baca juga: Sudah Molor 4 Tahun, Luhut Kali Ini Yakin Kereta Cepat Selesai di 2023
Berikut gurita bisnis Grup Kalla yang kini berusia tepat 70 tahun.
Otomotif
Transportasi
Kontruksi
Properti
Kafe
Manufaktur
Energi
Sekolah
Baca juga: 3 Konglomerat Paling Berduit berkat Jualan Obat
Dilansir dari Harian Kompas, Grup Kalla, melalui PT Poso Energy, membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Poso di Sulawesi Tengah, dan telah menghasilkan listrik sejak tahun 2012.
Saat ini, PLTA Poso menjadi pembangkit energi baru terbarukan terbesar di Indonesia Timur dengan total kapasitas 515 megawatt (MW).
PLTA Poso, yang memanfaatkan aliran air Danau Poso, terhubung ke Sulawesi Selatan dengan saluran transmisi 275 kilovolt (kV) dan ke Kota Palu, Sulteng, dengan saluran transmisi 150 kV.
PLTA tersebut telah menyumbang sekitar 10,69 persen dari total bauran energi terbarukan ke sistem kelistrikan Sulsel.
Sementara itu, PT Malea Energy mengembangkan PLTA Malea di Tana Toraja, Sulsel, yang beroperasi sejak tahun 2021.
Baca juga: Konglomerat Sawit dan Batu Bara dari Kalsel, Siapa Haji Isam?
PLTA tersebut berkapasitas 90 MW. Solihin menuturkan, pengoperasian PLTA Poso dan PLTA Malea telah meningkatkan bauran energi terbarukan di Pulau Sulawesi hingga 38,8 persen.
Adapun sejumlah proyek PLTA yang tengah dikembangkan KALLA ialah PLTA Poso 3 dan Poso 4 (Sulteng), PLTA Tumbuan Mamuju Atas, PLTA Tumbuan Mamuju Bawah (Sulawesi Barat), serta PLTA Kerinci Merangin. Total kapasitas 1.230 MW.
Presiden Direktur Grup Kalla, Solihin mengatakan, pihaknya berkomitmen dalam pemenuhan target emisi nol bersih (net zero emission/NZE) pada 2060.
Lewat PT Poso Energy dan PT Malea Energy, kontribusi diberikan dalam percepatan transisi energi.
”(Itu) agar terwujud kemandirian energi, ketahanan energi, pengembangan berkelanjutan, ketahanan iklim, dan kondisi rendah karbon untuk Bumi yang lebih baik,” ujar Solihin.
Baca juga: 6 dari 10 Orang Terkaya RI adalah Konglomerat Sawit, Ini Daftarnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.