Selain itu, Vale sudah menjadi pioner bagi industri tambang nikel agar jangan menjual biji nikel lagi dengan harga murah karena merugikan negara dan merusak lingkungan hidup dan hutan.
Yang menarik dari pembangunan pabrik smelter baru milik Vale adalah bagaimana perusahaan itu berkomitmen penuh pada energi bersih sebagaimana yang sekarang menjadi wacana dominan di level global dan nasional. Untuk pengembangan tiga smelter itu, Vale tidak menggunakan batu bara yang syarat karbon untuk kebutuhan listrik.
Vale menggunakan energi baru terbarukan, seperti PLTA berkapasitas 300 MW untuk pengembangan smelter Sorowako.
Selain itu, untuk pengembangan proyek pengembangan Blok Bahodopi milik Vale yang akan menjadi pabrik Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan intensitas karbon terendah kedua setelah proyek Sorowako, karena akan menggunakan Liquefied Natural Gas (LNG), bukan batu bara sebagai sumber energi.
Pembangunan proyek smelter Pomala sebesar 120.000 metrik ton juga tanpa menggunakan batu bara, tetapi energi transisis. Proyek Pomala itu sangatlah penting karena akan menjadi bahan baku baterai untuk kendaraan listrik.
Ini adalah bukti bahwa perusahaan itu mengupayakan praktik pertambangan berkelanjutan dan selalu memenuhi keinginan pemerintah agar tambang bermanfaat bagi rakyat.
Untuk itu, publik di Tanah Air, mestinya juga mengkritisi kondisi industri pertambangan di Tanah Air.
Basis penilaian kita apakah sebuah tambang asing, seperti Vale, perlu diperpanjang atau tidak kontraknya, perlu dicermati dari sisi kinerja, kewajiban memenuhi kontrak, kewajiban terhadap lingkungan hidup dan masyarakat. Yang paling penting adalah sebuah perusahaan tambang asing memiliki komitmen kuat mengembangkan industri tambang di Tanah Air.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.