Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

29 Tahun Indonesia Terjebak Negara Pendapatan Menengah, Suharso: Maksimal Itu 14-28 Tahun

Kompas.com - 21/11/2022, 17:40 WIB
Ade Miranti Karunia,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

BADUNG, KOMPAS.com - Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa mengatakan, Indonesia telah lama terjebak dalam posisi negara dengan pendapatan menengah (middle income) selama 29 tahun. Seharusnya, untuk posisi pendapatan menengah tersebut paling lama bertahan selama 28 tahun untuk seluruh negara, tidak hanya Indonesia.

"Secara rule of thumb, berdasarkan studi, itu mestinya maksimal 14-28 tahun, tapi kita 29 tahun, kita masih di middle income, maka disebut middle income trap. Belajar dari negara tetangga kita, mereka umumnya lebih cepat 18-20 tahun, kita lihat Chili, bahkan 14 tahun," ucapnya di Bali, Senin (21/11/2022).

Lebih lanjut Suharso mengisahkan proses Indonesia yang pada akhirnya mampu berada pada kategori middle income. Indonesia, kata Suharso, bersusah payah untuk menuju tahap pendapatan menengah tersebut.

Baca juga: Indonesia Ditargetkan Keluar dari Middle Income Trap pada 2043

Bermula pada tahun 1980an, Indonesia berhasil keluar dari pendapatan rendah (lower income). Namun pada era krisis moneter (krismon), Indonesia kembali terperosok ke pendapatan rendah.

"Seperti kita ketahui bersama, bahwa dibandingkan Cina, sebenarnya Indonesia sudah menjadi negara middle income, seingat saya pada tahun 82-83, kita sudah beralih dari lower, kemudian kita masuk lagi ke lower income ketika terjadi peristiwa tahun 97-98. Kemudian, kita kembali lagi masuk ke middle income kira-kira pada 2002 hingga 2019. Lalu, kita masuk di upper middle income," jelasnya.

Suharso bilang, untuk menuju ke tahap pendapatan tingkat tinggi (high income), sampai saat ini pemerintah masih terus berupaya. Namun, hambatannya untuk meraih high income begitu sulit meski Indonesia ditargetkan menjadi negara maju pada 2045.

Baca juga: Pemerintah Susun Peta Jalan Ekonomi Biru untuk Keluar dari Middle Income Trap

"Menarik memang mengategorikan negara di dunia dengan klasifikasi ini. Mulai dari lower income, kemudian middle income, kemudian high income. Tapi, yang menarik adalah yang middle income itu sering kali terjebak untuk naik kelas, untuk bisa graduasi ke tingkat yang lebih tinggi. Banyak ranjaunya, banyak hal yang mesti dipenuhi," ungkapnya.

Untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah tersebut, lanjut Suharso, salah satu strateginya adalah instrumen atau kebijakan yang sesuai untuk industri.

"Industri memang kunci, terutama industri manufaktur. Tadi pagi, kalau kita mengikuti Ricardo Haussman yang menunjukkan bagaimana Indonesia stuck di industri permesinan, gara-gara berhenti di industri tekstil," ujarnya.

"Kalau kita ingat peristiwa Texmaco, mau lari ke hulu, sampai di industri pembuatan pabrik pemintalannya, karena itu related industry yang dikembangkan kemudian larinya ke mobil. Tapi, karena mesin spinning-nya dengan bukan putaran yang cepat, tapi dengan beban yang berat, maka dilarikanlah pembuatan truk-truk Texmaco dan kemudian sebagai pembelinya adalah Tentara Nasional Indonesia," tuturnya.

Baca juga: Ini Jurus Sri Mulyani Keluarkan Indonesia dari Middle Income Trap

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com