Tak hanya karena masalah biaya produksi, banyak faktor pada sektor pertanian Indonesia yang tidak mendukung.
Petani di Indonesia menemui beberapa kesulitan mulai dari benih, pupuk, akses pembiayaan. Lahan petani gurem berimbas pada proses bercocok tanam yang tidak efisien. Kapasitas petani menengah dan luas sebagian besar masih belum produktif.
Tingginya ongkos produksi menyebabkan harga beras nasional menjadi tinggi. Belum lagi ditambah kondisi geografis Indonesia yang menyebabkan tingginya biaya transportasi dan distribusi.
Salah satu kiat untuk mendorong produksi adalah memperluas lahan pertanian oleh Pemerintah. Namun biaya pembukaan perluasan lahan (ekstensifikasi), khususnya saat ini tidak murah.
Ada cara lain, yakni intensifikasi lahan yang sudah ada, melalui teknologi pengolahan lahan mutakhir dan benih unggul hingga lebih produktif dan efisien. Di sinilah Indonesia tertinggal.
Jangan disalahkan kenapa saat ini Indonesia impor beras karena masalah fundamental, yakni tertinggalnya produktivitas beras kita.
Mari para ahli ekonomi pertanian lebih serius memikirkan dan bertindak mengenai kebijakan perberasan yang fundamental, sebelum kita benar-benar menjadi net importir beras.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.