Ketika pergi ke kantor terasa tidak masuk akal, misalnya waktu tempuh dari rumah ke kantor yang sangat lama, maka teknologi yang tepat bisa membantu para karyawan untuk bertatap muka meskipun secara virtual.
Investasi dalam teknologi bisa membuat seluruh karyawan merasakan pengalaman kerja yang setara. Teknologi tersebut bisa berupa video yang membuat kehadiran peserta di rapat virtual terasa sangat penting, atau audio yang membuat suara para peserta rapat terdengar jelas tanpa suara berisik yang mengganggu.
Pada saat yang sama, solusi kolaborasi yang tidak tergantung pada platform teknologi tertentu membuat departemen IT bisa meraih manfaat dari model kerja hybrid tanpa harus menggelar infrastruktur audio dan video baru.
Para karyawan bertemu langsung di kantor adalah satu cara untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun teknologi yang tepat bisa membantu menghubungkan para karyawan yang bekerja di lokasi dan zona waktu berbeda untuk bersama-sama memecahkan tugas-tugas besar perusahaan.
Gen Z atau Zoomers, adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 dan 2010, dengan usia tertua saat ini 23 tahun.
Kaum Gen Z di diperkirakan akan mewakili sekitar 27 persen dari total tenaga kerja global tahun 2025. Mereka adalah generasi digital pertama sesungguhnya yang tidak bisa tanpa internet.
Gen Z merupakan anak-anak muda digital native yang penuh percaya diri dan kehidupan keseharian mereka tidak lepas dari teknologi.
Jadi tidak heran jika di lingkungan kerja, ekspektasi mereka seputar teknologi sangat berbeda dengan karyawan dari generasi sebelumnya.
Mereka juga lebih pragmatis dalam membangun hubungan pribadi maupun kemitraan di tempat kerja.
Bagi mereka, pengalaman belajar lebih penting dari kesetiaan terhadap tempat kerja dan pekerjaan adalah sarana untuk mencapai tujuan akhir dalam kehidupan karir mereka.
Dengan kehadiran karyawan dari kalangan Gen Z, para pemimpin bisnis harus menyesuaikan ekspektasi mereka. Hal-hal yang sesuai untuk karyawan millennial, apalagi Boomer, tidak akan sesuai dengan Zoomer.
Oleh karena itu, praktik-praktik seperti budaya organisasi, pelatihan dan retensi karyawan harus ditata ulang demi mengakomodasi kebutuhan dan ekspetasi kelompok karyawan ini.
Tentunya tetap memastikan agar kebutuhan dan ekspetasi karyawan dari generasi sebelumnya juga bisa terpenuhi.
Perusahaan bisa membangun fondasi yang lebih kuat bagi karyawan generasi baru ini dengan cara berupaya untuk lebih memahami personal lingkungan kerja mereka, atau model kerja yang lebih mereka sukai.
Opini dan reaksi mereka terhadap kebijakan kerja juga harus dipertimbangkan. Informasi seperti ini sangat bermanfaat bagi perusaaan karena bisa membantu mengarahkan agar investasi mereka dalam solusi teknologi dan gedung kantor bisa membuat para karyawan bekerja dengan lebih baik.
Jadi, guna menarik dan mempertahankan para karyawan berbakat, saat ini para pemimpin perusahaan harus benar-benar memperhatikan suara dari karyawan mereka, baik kalangan Gen Z atau generasi lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.