NEW YORK, KOMPAS.com – Larangan negara barat dan pembatasan harga minyak Rusia diperkirakan akan mendorong kenaikan harga minyak dunia. Merespons sanksi tersebut, Rusia bahkan berencana untuk menurunkan produksi minyaknya.
Di sisi lain, ekonomi China yang diperkirakan akan pulih di tahun 2023 mendorong permintaan energi yang lebih besar. Mengutip businessinsider, sanksi Uni Eropa terhadap produk minyak Rusia akan mulai berlaku pada 5 Februari, diperkirakan akan mempengaruhi produk minyak olahan seperti solar.
Sebelumnya, Uni Eropa memberlakukan embargo atas impor minyak mentah Rusia melalui laut yang efektif 5 Desember 2022. Selain itu, negara G7 juga membatasi harga minyak Rusia menjadi 60 dollar AS per barrel, untuk menurunkan pendapatan ekspor Moskow.
Baca juga: Mengantisipasi Perang Harga Minyak di Tahun 2023
Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS Global Wealth Management mengatakan, putaran sanksi berikutnya dikombinasikan dengan rebound permintaan dari China karena pelonggaran pembatasan Zero Covid-19, diperkirakan akan menekan pasar minyak dan mendorong harga lebih tinggi.
“Kami memperkirakan larangan Eropa atas produk mentah dan olahan Rusia yang mulai berlaku pada 5 Februari akan mengakibatkan penurunan produksi Rusia setidaknya 1 juta barrel per hari pada tahun 2023. Di sisi lain, Rusia akan mengalami kesulitan dalam menemukan pasar alternatif, kata Staunovo.
Merespons deretan sanksi tersebut, Rusia telah mengancam akan memangkas produksi hingga 700.000 barrel per hari sebagai pembalasan atas batasan harga G7, dan mengungkapkan potensi penurunan produksi minyak.
Rusia juga telah mengalihkan dan meningkatkan ekspor minyaknya ke India dan China di tengah meningkatnya ketegangan politik dengan Eropa. Dua negara itu merupakan salah satu pasar terbesar Rusia. Tercatat, pada Desember lalu, Moskow mengirim 89 persen minyak mentahnya, berjumlah sekitar 3 juta barrel per hari, ke Asia.
Tetapi pengiriman ke Asia saat ini lebih sulit karena sanksi Eropa mempersulit para pedagang untuk menemukan kapal-kapal yang diasuransikan untuk mengangkut minyak mentah Rusia. Namun, menurut analis Rystad Energy, risiko penurunan tajam produksi minyak mentah Rusia lebih parah pada pertengahan 2022, ketika pasokan global semakin ketat.
"Selama ekonomi AS tumbuh, kami melihat pasar bergerak menuju ekuilibrium yang lebih normal," kata Louise Dickson, analis senior di Rystad Energy kepada Insider.
Sementara itu, Ole Hansen dari Saxo Bank dan Staunovo dari UBS Global Wealth menilai, harga minyak mentah bisa naik melewati 100 dollar AS per barel. Dia mengatakan, dengan pasokan global diperkirakan akan tertekan, harga minyak mentah kemungkinan akan melonjak melewati 100 dollar AS per barrel di tahun 2023.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.