Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menko Airlangga Sarankan Saham PT PON Hanya Dimiliki Satu Pihak

Kompas.com - 02/02/2023, 22:00 WIB
Hamzah Arfah,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto, sempat mengunjungi PT Petro Oxo Nusantara (PON) dalam kunjungan kerja di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Saat berkunjung di PT PON, Airlangga sempat bertemu dengan para petinggi perusahaan dan memberi masukan. Hanya saja pertemuan tersebut bersifat tertutup, dengan Airlangga juga langsung meninggalkan lokasi usai berpamitan dengan pihak perusahaan, tanpa memberikan keterangan kepada awak media, Kamis (2/2/2023).

"Menko Perekonomian memberikan arahan supaya (perusahaan) menjadi lebih kuat, mungkin pemegang saham yang 50-50 itu harus dijadikan 100 persen. Jadi apakah pemerintah membeli (saham) pihak swasta atau sebaliknya," ujar Presiden Direktur (Presdir) PT PON A. Jaya Martapa kepada awak media, Kamis.

Baca juga: Menko Airlangga Bantah Implementasi B35 Bikin Minyakita Langka

Adapun komposisi kepemilikan saham PT PON hingga saat ini, sebanyak 50 persen tercatat dimiliki oleh PT Tuban Petrochemical Industry, perusahaan kimia dengan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 95,9 persen. Sementara sisanya, sebanyak 50 persen saham dimiliki pihak swasta, PT Pandita Ratu.

"Arahan dari Menko Perekonomian, agar perusahaan bisa maju itu, saham nggak boleh 50-50 (terbagi) harus 100 persen. Supaya mengembangkan perusahaan lebih gampang, mencari dana juga gampang dan memvaluasinya lebih gampang," ucap Jaya.

 Baca juga: Kasus Covid-19 Turun, Airlangga: Ekonomi Indonesia Tumbuh 5 Persen Sepanjang 2022

Hilirisasi

Terlepas dari arahan yang diberikan oleh Menko Perekonomian Airlangga, PT PON saat ini tengah bersiap mendirikan pabrik baru sebagai bagian dari agenda hilirisasi yang bakal dilakukan. Pabrik baru tersebut nantinya memproduksi bahan berbeda, dari produk yang telah dihasilkan oleh PT PON saat ini berupa 2-Ethyl Hexanol atau lebih dikenal sebagai octanol.

"Kita sebentar lagi membangun pabrik LPG, neopentil glikol. Ini hilirisasi pertama yang akan kita buat. Ada banyak (konsep untuk hilirisasi), yang intinya kita tidak akan sebagai produsen seperti saat ini (2-Ethyl Hexanol)," kata Jaya.

Petinggi PT PON, telah menyiapkan pembangunan pabrik baru tersebut yang direncanakan dapat rampung pada 2025 mendatang. Pembangunan pabrik baru ini, dikatakan oleh Jaya, juga sesuai dengan harapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam mengurangi dan bahkan mencegah impor.

"Sebab bila seperti itu (hasil produksi sama), pelan-pelan kita tidak akan efektif lagi, sehingga tidak bisa menjual barang secara kompetitif. Kalau kita main ke hilir, membuat pabrik baru, akan kita bagi. Ada yang membuat produk utama, ada yang membuat produk untuk dijual di hilir dan ini sesuai dengan arahan Pak Jokowi, hilirisasi untuk mencegah impor," tutur Jaya.

Baca juga: Space X Tertarik Investasi di IKN, Bahlil Janjikan Proses Cepat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com