Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cadangan Bijih Nikel RI Diasumsikan hanya untuk 13 Tahun, Pemerintah Perlu Jaga Kestabilan Produksi Nikel

Kompas.com - 14/02/2023, 14:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Asumsi cadangan bijih nikel hanya untuk 13 tahun

Rizal menambahkan, pengerukan nikel yang terlalu agresif dan tanpa memperhitungkan keberlanjutan sumber daya tidak terbarukan ini tidak hanya akan merusak lingkungan, namun juga dapat berarti bahwa sumber daya nikel ini akan habis terlalu cepat, dan tidak akan lagi tersedia untuk generasi-generasi berikutnya.

Saat ini diketahui umur cadangan bijih nikel di Indonesia hanya bisa mencapai 13 tahun dengan mengambil asumsi bahwa cadangan setiap tahun kapasitas smelter yang berteknologi pirometalurgi yang mengolah bijih nikel kadar tinggi (saprolite) hingga 100 juta ton per tahun.

Dengan teknologi hidrometalurgi umur cadangan bijih nikel diperkirakan sekitar 60 tahun dengan asumsi jumlah cadangan 3,6 miliar ton dan tingkat produksi bijih nikel kadar rendah sebanyak 60 juta ton per tahun.

Jika pemain nikel semakin agresif untuk melakukan produksi, efek yang pasti terjadi adalah cadangan nikel akan habis dalam waktu yang lebih cepat dan efek ke lingkungan yang merusak.

Rizal menilai, penting bagi Pemerintah Indonesia untuk mengetatkan aktivitas pertambangan dan pengolahan nikel sebelum dampak kerusakan alam menjadi tidak terkendali. Dari kajian ilmiah ini diprediksi bahwa dampak yang lebih parah, seperti permasalahan sanitasi, banjir, dan polusi laut, bisa saja terjadi jika aktivitas proses produksi nikel tidak dilakukan dengan amat berhati-hati dan mengedepankan keberlanjutan.

“Moratorium pembangunan smelter dengan teknologi pirometalurgi sudah saatnya dilakukan dengan tidak mengizinkan pembangunan smelter baru mengingat cadangannya yang sudah terbatas. Indonesia perlu melakukan kegiatan eksplorasi yang massif untuk dapat meningkatkan sumber daya dan cadangan nikel dari yang ada saat ini baik dengan membuka wilayah kerja baru atau mengkonversi sumber daya menjadi cadangan," tutup Rizal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com