BANGKA BELITUNG, KOMPAS.com - Direktur Operasi dan Produksi PT Timah Tbk Purwoko menegaskan bahwa hasil produksi PT Timah Indonesia Tbk (TINS) dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya, dan memastikan implementasi ESG (Environmental, social, and corporate governance) perusahaan dilakukan dengan baik.
“Kalau dibilang timah untuk tracing asal-usulnya tidak bisa dipertanggungjawabkan, kalau saya bilang ya ini timah yang mana dulu?” kata Purwoko di Kepulauan Bangka Belitung, Senin (27/2/2023).
“Kira-kira 2-3 tahun yang lalu, kami mengundang Responsible Minerals Initiative (RMI) ke sini, untuk melihat asal-usul dan visit ke lapangan. RMI juga sudah approve dan percaya hasil PT Timah bisa dipertanggungjawabkan asal-usulnya,” lanjut Purwoko.
Baca juga: Bisa Tekan Biaya Produksi Hingga 25 Persen, Proyek Ausmelt PT TIMAH Akan Beroperasi Bulan Ini
Purwoko menambahkan, dalam bisnis, perdagangan, dan penjualan produk timah untuk ekspor, ada di bursa. Dimana dalam bursa itu, tidak hanya ada hasil atau produk PT Timah saja, tapi juga ada perusahaan tambang lainnya.
“Tapi memang kadang-kadang ada mineralnya ada yang sama dengan PT Timah, selain itu juga tidak hanya PT Timah yang bisa ekspor, PT Timah sendiri terintegrasi, dan ada kegiatan eksplorasi, penambangan, peleburan, processing group dan penjualan,” ungkapnya.
Baca juga: Anak Buah Luhut Ungkap Alasan Apple Batal Bangun Pabrik di RI
Sementara itu, Direktur Operasi dan Produksi PT Timah Alwin Albar mengatakan, pihaknya sudah mulai berbenah terkait dengan pertambangan bijih timah sejak tahun 2018.
Dia bilang kelompok funding buyer mineral yang tergabung dalam Responsible Mineral Initiative (RMI) telah melakukan audit di Indonesia.
Pun demikian dengan Apple, Dell, HP, Samsung dan banyak lagi produsen elektronika di dunia melakukan audit di RI terkait hasil tambang.
Baca juga: Bikin Apple Batal Bangun Pabrik, PT Timah Bantah Isu Ketelusuran Bahan Bakunya
Setelah audit yang dilakukan tersebut, muncul isu terkait dengan isu pekerja di bawah umur, yang mana hal ini juga sudah terselesaikan.
“Apple nangkap isu itu, dan akhirnya kita rekrut pakarnya, dan kita buktikan bahwa anak kecil tidak ikut menambang, dia hanya ikut ibunya yang bekerja. Saya juga di Santa Clara melakukan persentasi terkait dengan isu lingkungan,” lanjut Alwin.
Alwin menekankan bahwa safety lingkungan di PT Timah sudah dilakukan dan memastikan adanya tracing label hingga penanggung jawab.
Ia juga mempertanyakan mengapa Apple mengangkat isu itu kembali, karena setiap smelter sudah terserifikasi, dan teraudit.
“Makanya jadi aneh, Apple kok angkat isu ini lagi, karena kita sudah meyakinkan RMI dan smelter kita sudah disertifikasi. Tiap 2 tahun diaudit dari RMI, dan Timah sudah terintegrasi, dan lebih mudah,” tegasnya.
Baca juga: Penjelasan PT Timah soal Kecelakaan Tambang yang Menewaskan 2 Pekerja
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Septian Hario Seto mengungkapkan, batalnya pembangunan pabrik terjadi karena persoalan traceability atau ketelusuran bahan baku dari produk timah di Indonesia.
Seto bilang, perusahaan-perusahaan besar ketika ingin melakukan investasi akan melakukan cek secara mendalam mengenai bahan baku produknya. Seperti Apple misalnya yang ingin memastikan traceability timah di RI, mulai dari perizinan, praktik pertambangannya, hingga prinsip bisnis berkelanjutan atau environmental, social and governance (ESG).
"Mereka melakukan traceability, wah ini dari timah-timah yang 'mungkin' perizinannya, praktik-praktik pertambangannya (tidak baik dan benar)," ungkap Seto di Jakarta, Kamis (23/2/2023).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.