Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontraktor China "Berjaya" di Proyek KCJB

Kompas.com - 12/04/2023, 14:41 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) terus menuai kritik. Awalnya, mega proyek yang didanai pinjaman China dan APBN Indonesia ini ditagetkan rampung pada 2019.

Namun pekerjaannya molor dan kemungkinan baru selesai di pertengahan 2023. Belum lagi, nilai investasinya mengalami pembengkakan (cost overrun) hingga Rp 18 triliun.

Angka tersebut merupakan hasil audit setiap negara yang kemudian disepakati bersama. Dengan demikian, biaya total proyek yang berlangsung sejak 2016 itu kini mencapai 7,27 miliar dollar AS atau setara Rp 108,14 triliun.

Nilai ini jauh melampaui investasi dari proposal Jepang melalui JICA yang memberikan tawararan proyek KCJB sebesar 6,2 miliar dollar AS dengan bunga 0,1 persen.

”Untuk pembiayaan cost overrun, kami sedang finalkan negosiasi mengenai suku bunga (dengan Bank Pembangunan China/CDB). Suku bunga sudah turun dari 4 persen, (tetapi) kita masih ingin lebih rendah lagi," ujar Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dikutip dari Harian Kompas, Rabu (12/4/2023).

Baca juga: Luhut Yakin Indonesia Sanggup Bayar Utang Proyek KCJB ke China

Dominasi kontraktor China

Dominasi China di proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung memang sangat terasa di hampir semua aspek. Dari mulai tenaga kerja asing, pembiayaan, hingga perusahaan kontraktor yang menggarap proyek ini.

Sebesar 75 persen investasi proyek ini didanai dari utang dari China dengan bunga diklaim 2 persen dan tenor 40 tahun. 

Sementara sisanya, sebesar 25 persen investasi merupakan modal dari konsorsium PT KCIC yang terdiri dari 5 perusahaan China dan 4 perusahaan BUMN Indonesia, termasuk di dalamnya suntikan APBN melalui PMN PT KAI.

Dikutip dari laporan yang disampaikan PT KCIC dan KAI dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI, aroma dominasi China juga sangat tampak dari perusahaan kontraktor penggarap engineering procurement construction (EPC) proyek ini.

Baca juga: China Minta Utang Proyek KCJB Dijamin APBN

Di mana perusahaan BUMN China mendominasi sebesar 70 persen dari total EPC di proyek pembangunan KCJB. Pihak Indonesia kebagian sebesar 30 persen EPC yang digarap PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wika.

Total ada 6 perusahaan China yang menjadi kontraktor utama antara lain Sinohydro, China Railway International (CRIC), dan China Railway Engineering Corporation (CREC).

Berikutnya CRRC Corporation Limited, China Railway Signal and Communication (CRCR), dan China Railway Design Corporation (CRDC). 

Dominasi kontraktor China di proyek tersebut praktis membuat pekerja China yang didatangkan ke Indonesia juga terbilang besar.

Baca juga: Pernah Dilawan Jonan, Konsesi KCJB Kini Malah Diizinkan Jadi 80 Tahun

Sementara dari sisi komposisi pemegang saham, 5 BUMN China yakni CRIC, CREC, Sinohydro, CRRC, dan CRSC kemudian membentuk usaha patungan bernama Beijing Yawan yang menggenggam saham KCIC sebesar 40 persen.

Berikutnya pemegang saham Indonesia di KCIC sebesar 60 persen diwakili oleh konsorsium PT Pilar Sinergi Bersama Indonesia (PSBI) yang terdiri dari 4 perusahaan negara yakni PT KAI, Wijaya Karya, Jasa Marga, dan PTPN 8.

Belakangan proyek ini molor dan terus membengkak biayanya. Ketimbang jadi besi tua yang mangkrak, pemerintah terpaksa harus ikut menambal cost overrun dengan APBN, meski hal itu sejatinya mengingkari janji awal pemerintah.

Selain itu, dengan harga tiket di kisaran Rp 300.000, balik modal diperkirakan mencapai 40 tahun. Itu pun dengan asumsi keterisian jumlah penumpang terpenuhi. Dengan kata lain, perkiraan balik modal bisa lebih panjang apabila KCJB sepi penumpang.

Baca juga: Kala Jonan Tak Hadir Saat Jokowi Groundbreaking Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan Alasannya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com