JAKARTA, KOMPAS.com - Ibarat dua mata pisau, perkembangan teknologi saat ini bisa memberikan dampak positif dan negatif. Bila memahami dengan baik dengan penuh kesiapan perkembangan teknologi bisa membantu masyarakat dalam pekerjaannya, sementara bila tidak ada kesiapan juga bisa merugikan dengan banyaknya pekerjaan yang hilang.
Head of Digital Vertical Ecosystem PT Telkom Indonesia Sri Safitri mengatakan, masyarakat selayaknya tak perlu merasa terancam atas teknologi baru mulai dari kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), blockchain, komputasi awan, hingga data science karena seluruhnya tetap perlu manusia sebagai pengendali.
“Jangan pernah lupakan bahwa rumpun ChatGPT yakni artificial intelligence, itu ada kata art di bagian depannya. Ada kata seninya, dan itu semua hanya akal dan perasaan dari manusia yang bisa mengendalikannya,” ujarnya kepada Kompas.com saat saat merilis buku, "ABCD....X:Xperience Matters, Teknologi untuk Peradaban Digital" di Jakarta, Kamis (15/5/2022).
Baca juga: Benarkah Perkembangan AI Bisa Membuat Jumlah PHK Bertambah?
Sementara itu Cahyana Ahmadjayadi, penulis buku yang pernah menjadi Dirjen Aptika Kementerian Kominfo dan Komisaris PT Telkom mengatakan, pengalaman pengguna sangat penting ketika teknologi sudah berkembang menjadi mesin yang bisa belajar (thinking machine).
“Manusia memang ciptaan Ilahi yang berakal, tapi teknologi bisa mempelajari cara berakal dengan kecepatan 100 kali lebih cepat. Karena itu, apapun kecepatan eksponensial teknologi, tetap ujungnya bagaimana pengalaman pengguna dengan itu,” katanya.
Senada, Direktur Digital Business PT Telkom Indonesia Fajrin Rasyid mengatakan, ragam dan kecepatan teknologi sangat menarik. Sayangnya pihaknya antara bisa membayangkan dan tidak bisa membayangkan bentuk ke depannya.
Baca juga: Bagaimana AI Membantu Pemasaran Perusahaan
"Apa yang relevan 5-10 tahun lalu, bisa dengan cepat tidak aktual lagi pada hari ini. Pun demikian, pengalaman menunjukkan bahwa profesi tertentu tidak serta merta hilang dengan kehadiran teknologi karena tetap manusia sebagai pengendali arah teknologi," kata dia.
Rektor Tel-U Prof Adiwijaya mengatakan, spirit konsep Society 5.0 yang banyak diterapkan negara maju, tetap menekankan kehadiran teknologi yang berpusat pada manusia. Sebab, secepat apapun teknologi, dia akan tetap butuh pengendali logika operasional yang bertumpu pada akal manusia.
“Orang belajar akunting di kampus 4 tahun, kemudian katanya digantikan aplikasi. Ini memang keniscayaan, akan tetapi jangan lupa kalau aplikasi tidak akan faham logika dan konteks soal modal bergulir, kapan harus menyertakan modal. Konteks ini hanya dimiliki manusia,” pungkasnya.
Baca juga: 4 Tips Membangun Jaringan bagi Fresh Graduate
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.