Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamina Cetak Laba Tertinggi Sepanjang Sejarah, Dirut Beberkan Penyebabnya

Kompas.com - 07/06/2023, 06:35 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) mencatatkan laba bersih sebesar 3,81 miliar dollar AS atau sekitar Rp 56,6 triliun pada 2022. Kinerja itu naik 86 persen dibanding 2021 yang sebesar 2,05 miliar dollar AS atau Rp 29,3 triliun.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, laba tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah perusahaan. Ia bilang, kinerja positif ini bukan berasal dari keuntungan tak terduga.

"2022 bisa kami tutup dengan kinerja tertinggi sepanjang sejarah Pertamina. Capaian ini bukan karena windfall semata, tapi pondasinya kami perbaiki," ujarnya dalam Media Briefing Capaian Kinerja 2022 Pertamina di Grha Pertamina, Jakarta, Selasa (6/6/2023). 

Baca juga: Soal Akuisisi Blok Masela, Dirut Pertamina: Tunggu Tanggal Mainnya, Ini Kejutan

Ia pun menepis bahwa kinerja sepanjang tahun lalu ditopang oleh windfall profit atau lonjakan kenaikan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) maupun keuntungan dari penguatan kurs dollar AS.

"Kita lihat data kinerja dari tahun ke tahun, kalau dikatakan kurs tinggi, kita juga pernah di beberapa tahun dan ICP pernah juga di atas 100 dollar AS, tapi pencapaiannya tidak demikian," kata Nicke.

Menurutnya, kinerja yang dicapai selama tahun 2022 merupakan hasil dari pondasi perusahaan yang terus diperbaiki sehingga semua lini bisnis memberikan kontribusi bagi perseroan.

Baca juga: Akhir Juni 2023, Pertamina Bakal Ambil Alih Saham Shell di Blok Masela


Hal ini tercermin pula dari pendapatan Pertamina yang tumbuh 48 persen di 2022 menjadi sebesar 84,89 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.262 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar 57,5 miliar dollar AS.

Nicke menuturkan, pendapatan itu tidak hanya ditopang oleh kenaikan lifting dan produksi migas serta penjualan produk. Namun, didorong pula upaya Pertamina dalam melakukan terobosan guna mengoptimalkan biaya.

Cost optimization pada periode 2021-2022 telah berkontribusi pada penghematan hingga mencapai 3.273 juta dollar AS.

"Yang paling memberikan kontribusi sebetulnya di cost (biaya), kalau dilihat persen dari biaya, kita ambil terbaik di 2012-2014 ini sekitar 93-94 persen, tapi di 2022 cost-nya hanya 89 persen, itu ada hemat 4-5 persen," kata dia.

Baca juga: Tak Ada yang Abadi di Proyek Gas Abadi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com