Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jajal LRT Jabodebek, Jokowi: Kurang-kurang Harus Kita Maklumi

Kompas.com - 03/08/2023, 12:36 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas TV

"Kalau lihat longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan kan ada jembatan besar, itu sebenarnya salah desain," beber Tiko, sapaan akrabnya.

Ia mengaku tak habis pikir dengan kontraktor yang membangun lintasan tersebut, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Ini karena BUMN karya tersebut tidak melakukan semacam simulasi dan perhitungan matang terkait tingkat kemiringan dan kecepatan LRT saat proses perencanaan.

Baca juga: Lengkung LRT: Sempat Dipuji dan Catat Rekor Muri, Kini Dikritik Salah Desain

"Karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, tapi dia enggak ngetes sudut kemiringan keretanya," ungkap mantan Dirut Bank Mandiri tersebut.

"Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya itu lebih lebar tikungannya. Kalau tikungannya lebih lebar, dia bisa belok sambil speed up," kata Tiko lagi.

Dampak dari kesalahan teknis saat proses konstruksi ini tentu bisa merembet pada beberapa aspek. Misalnya saja pengaturan jadwal kereta LRT nantinya saat dioperasikan karena harus menyesuaikan dengan kecepatan trainset.

Imbasnya, kecepatan kereta LRT yang harus melambat jadi konsekuensi yang harus diterima. Padahal hal ini seharusnya tidak perlu terjadi apabila sebelumnya sudah diperhitungkan.

Baca juga: Wamen BUMN Buka-bukaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Nyaris Mangkrak

"Tapi karena tikungannya sekarang sudah terlanjur dibikin sempit, mau enggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km per jam, pelan banget," papar Tiko.

Kerumitan longspan LRT Jabodebek

Sebagai informasi saja, jembatan lengkung itu dibangun di atas flyover Tol Dalam Kota yang berada di ruas Kuningan, Jakarta Selatan dan membentang sepanjang 148 meter.

Longspan ini memiliki radius lengkung 115 meter serta menggunakan beton seberat 9.688 ton. Karena panjang dan rancangannya yang begitu presisi, lengkung LRT itu sempat menuai pujian.

Bahkan, lengkung LRT tersebut juga sempat diganjar rekor MURI karena berhasil membuat jembatan terpanjang di Indonesia bahkan mungkin di dunia.

Jembatan lengkung LRT ini sendiri menjadi jembatan bentang terpanjang di Indonesia karena diukur dari jarak masing-masing dua pilar di kedua sisi, bukan panjang keseluruhan. Sehingga konstruksinya sangat rumit dan butuh presisi yang sangat tinggi.

Baca juga: Berapa Biaya Bangun Kereta Cepat Jakarta-Bandung Per Kilometernya?

Proses pembangunannya dilakukan dengan metode balanced cantilever. Ini artinya, strukturnya dibangun dengan memanfaatkan efek keseimbangan yang membuat struktur dapat berdiri dan menahan beban sangat berat tanpa ditopang penyangga sementara.

Dengan memanfaat efek keseimbangan ini pula, maka selama pembangunan lengkung LRT, tidak membutuhkan pier tiang penyangga di tengah.

Terlebih penggunaan pier tidak memungkinkan karena lengkung LRT ini berdiri tepat di atas jalan Tol Dalam Kota dan jalan protokol di bawahnya sehingga sangat sempit.

Dari sisi estetika, penggunaan tiang di tengah-tengah juga dinilai kurang bagus. Proses konstruksi lengkung LRT ini adalah menggunakan box girder beton yang memiliki ciri khas berongga pada bagian dalamnya.

Dengan perhitungan yang sangat presisi, box girder ini kemudian dipasang dari kedua sisi hingga kemudian bisa bertemu atau saling menyambung di tengah atau tepat di atas jalan tol.

Baca juga: [POPULER MONEY] Lengkung LRT: Sempat Dipuji, Kini Dikritik Salah Desain | Alasan Ahok Tetap Jadi Komut Pertamina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com