Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur BI Tak Ambil Pusing Suku Bunga The Fed Terus Naik

Kompas.com - 23/08/2023, 12:35 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memproyeksi bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), masih akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 1 hingga 2 kali lagi. Dengan demikian, suku bunga The Fed berpotensi menyamai, atau bahkan menyalip suku bunga BI.

Sebagai informasi, pada pertemuan Juli lalu, The Fed kembali mengerek suku bunga acuannya ke level 5,50 persen. Adapun suku bunga acuan BI saat ini sebesar 5,75 persen.

Tingkat suku bunga acuan The Fed yang lebih tinggi berpotensi menimbulkan aliran modal asing di pasar keuangan negara berkembang. Pasalnya, dengan tingkat suku bunga The Fed yang lebih tinggi, margin keuntungan dari obligasi pemerintah AS turut terkerek.

Baca juga: Gubernur BI: Kita Tidak Peduli dengan Pernyataan IMF

Merespons hal tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo tidak ambil pusing. Ia bahkan membiarkan The Fed untuk kembali meningkatkan suku bunga acuannya.

"Jadi ketika ditanya apakah Fed Fund Rate naik, biarkan Fed Fund Rate naik," ujar dia dalam pembukaan ASEAN Fest, dikutip Selasa (22/8/2023).

Perry menjelaskan, dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar dan pasar keuangan nasional, bank sentral tidak hanya mengandalkan instrumen kebijakan suku bunga saja. Guna meminimalisir aliran modal asing keluar, BI justru mengandalkan operasi pasar yang disebut twist operation.

Baca juga: BI: Jangan Dianggap Uang Logam Kecil dan Tidak Berarti...

Lewat twist operation, bank sentral memancing investor BI menjual surat berharga negara (SBN) tenor pendek. Tujuannya untuk mengerek imbal hasil SBN tenor pendek dan menarik minat investor kembali.

"Yang penting bukanlah tingkat kebijakan (suku bunga). Pengaruh yield obligasi pemerintah AS terhadap yield obligasi pemerintah. Itu sebabnya kami melakukan twist operation," tutur Perry.

BI memilih untuk tidak berfokus pada kebijakan suku bunga, sebab BI juga berorientasi pada kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karenanya diperlukan keseimbangan dalam merumuskan kebijakan moneter BI.

"Kebijakan moneter di Indonesia mendukung stabilitas, kebijakan makroprudensial yang dilengkapi pendalaman pasar mendukung pertumbuhan," ucap Perry.

Baca juga: BI Sebut Rupiah Sulit Dipalsukan, Ini Alasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com