Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Nugroho SBM
Dosen Universitas Diponegoro

Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang

Menjaga Inflasi Tetap Rendah pada 2024

Kompas.com - 24/08/2023, 08:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selama ini, Rusia dan Ukraina adalah pemasok bahan pangan dan energi yang besar di pasar dunia. Faktor kenaikan harga energi dan pangan akan menjadi pemicu kenaikan inflasi yang tinggi pada 2024.

Faktor keempat, masih terjadinya kemarau panjang akibat El Nino yang akan berlangsung sampai Februari 2024. Perubahan iklim yang makin nyata bisa berakibat gagal panen sehingga terjadi kenaikan harga pangan.

Faktor ini juga akan menyebabkan kemungkinan inflasi 2024 lebih tinggi dari perkiraan.

Kebijakan

Meskipun ada empat faktor yang bisa menyebabkan inflasi 2024 menjadi lebih tinggi dari asumsi RAPBN 2024, yaitu 2,8 persen, sebenarnya bukan hal mustahil kalau asumsi atau target inflasi tersebut bisa dicapai.

Pertama, Bank Indonesia (BI) sebagai insitusi yang bertugas menjaga inflasi rendah dan stabil dengan kebijakan moneternya tentu tetap harus konsisten merumuskan dan melaksanakannya.

BI memang punya jangkauan intervensi yang kuat selama inflasi karena fenomena moneter atau yang sering disebut inflasi inti (core inflation).

Namun, untuk inflasi seluruhnya (headline inflation) di mana ada kebijakan pemerintah, misal menaikkan tarif barang publik (adimistered proces) dan faktor yang tak dapat dikendalikan (force major) seperti bencana alam, BI tak bisa menangani sendiri dan harus bekerjasama dengan pihak lain.

Kedua, sinergi kebijakan antarlembaga untuk mencegah inflasi keseluruhan (headline inflation) seperti telah disinggung dalam kebijakan pertama sangat diperlukan. Selama ini memang sudah dilaksanakan, tetapi perlu ditingkatkan lagi.

Contoh sinergi tersebut adalah keberadaan Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPIP dan TPID) yang terdiri dari beberapa lembaga seperti BI, Pemerintah, dan aparat keamanan.

TPIP dan TPID bisa lebih diefektifkan terutama untuk mencegah perilaku spekulasi, yaitu penimbunan barang yang dilakukan oleh para spekulan.

Ulah spekulan seringkali menyebabkan kelangkaan barang yang menyebabkan kenaikan harga dan pada akhirnya akan menaikkan inflasi.

Ketiga, khusus untuk inflasi pangan atau volatile foods memang butuh kebijakan khusus. BI dan pemerintah selama ini sudah meluncurkan berbagai kebijakan untuk menanggulangi inflasi pangan, antara lain Gerakan Nasional Pengendalian Pangan (GNPIP). Progam GNPIP perlu terus dilanjutkan dan diintensifkan.

Sementara Pemerintah mengusulkan alokasi Rp 108,8 triliun untuk ketahanan pangan demi menjaga kestabilan harga, meningkatkan hasil pertanian, dan lebih jauh mengembangkan program food estate. Namun proyek tersebut menimbulkan kontroversi.

Semoga program food estate bisa diwujudkan dan selesai sehingga bisa ikut menambah pasokan pangan sehingga harga pangan stabil dan tidak menimbulkan inflasi pangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Fokus Starlink, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya di Indonesia

Fokus Starlink, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya di Indonesia

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com