NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia naik lebih dari 1 persen ke level tertinggi dalam 10 bulan pada akhir perdagangan Selasa (5/9/2023) waktu setempat atau Rabu pagi waktu Indonesia.
Kenaikan terjadi usai Arab Saudi dan Rusia menyatakan akan memperpanjang pemangkasan stok minyaknya. Pasar khawatir terkait potensi kekurangan pasokan minyak dunia selama puncak permintaan di musim dingin.
Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent naik 1,2 persen atau 1,04 dollar AS menjadi sebesar 90,04 dollar AS per barrel, ditutup di atas 90 dollar AS untuk pertama kalinya sejak 16 November 2022.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Naik, Wall Street Berakhir di Zona Merah
Sementara harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,3 persen atau 1,14 dollar AS menjadi ke level 86,69 dollar AS per barrel, yang juga merupakan level tertinggi dalam 10 bulan.
Pasar memperkirakan Arab Saudi dan Rusia setidaknya akan memperpanjang pemotongan minyaknya hingga Oktober 2023 sebagai upaya mendukung kenaikan harga. Perpanjangan selama tiga bulan ini menjadi hal yang tidak terduga.
"Pergerakan bullish ini secara signifikan memperketat pasar minyak global dan hanya dapat menghasilkan satu hal yaitu harga minyak yang lebih tinggi di seluruh dunia," ujar Jorge Leon, Wakil Presiden Senior di Rystad Energy.
Baca juga: Mau Setop Jual Minyak Goreng, Pengusaha Ritel Sebut Tak Akan Rugi
Arab Saudi dan Rusia, yang tergabung OPEC+ atau Organisasi Negara Pengekspor Minyak, sebelumnya menyatakan bahwa mereka akan meninjau pengurangan pasokan setiap bulannya, dan dapat mengubah kebijakannya tergantung pada kondisi pasar.
Arab Saudi akan mengurangi produksi minyak mentahnya hingga 1 juta barel per hari hingga akhir tahun. Sementara Rusia akan mengurangi ekspor minyaknya sebesar 500.000 barrel per hari di Agustus dan 300.000 barrel per hari di September.
"Dengan perpanjangan pengurangan produksi, kami mengantisipasi defisit pasokan lebih dari 1,5 juta barrel per hari pada kuartal IV-2023," tulis analis UBS Giovanni Staunovo dalam catatannya kepada klien.
Baca juga: Ini Alasan BPDPKS Belum Bayarkan Utang Minyak Goreng ke Pengusaha
UBS sekarang memperkirakan minyak mentah Brent akan naik menjadi 95 dollar AS per barel pada akhir tahun.
Seiring dengan perpanjangan pengurangan produksi oleh Arab Saudi yang dimulai dari bulan Juli, kenaikan harga minyak juga didukung oleh menurunnya probabilitas terjadinya resesi Amerika Serikat (AS).
Goldman Sachs memperkirakan peluang terjadinya resesi AS dalam 12 bulan ke depan sebesar 15 persen, turun dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 20 persen.
Itu berarti kondisi perekonomian AS memiliki prospek yang meningkat. Perekonomian yang semakin terhindar dari resesi besar telah membantu mengangkat permintaan dan harga minyak dalam beberapa bulan terakhir.
Baca juga: Ahok Ungkap Alasan Pertamina Tak Pangkas Harga BBM Subsidi Saat Minyak Dunia Turun
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.