Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Model Hilirisasi Industri Kelapa Sawit Mampu Dorong Ekspor Produk Bernilai Tambah

Kompas.com - 09/09/2023, 12:57 WIB
Agung Dwi E

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintah terus berupaya mengoptimalkan subsektor perkebunan beserta turunannya. Pasalnya, komoditas perkebunan terbukti berdampak positif terhadap perekonomian negara.

Salah satu upaya pengoptimalan tersebut dilakukan melalui penguatan hilirisasi perkebunan. Hilirisasi bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas perkebunan.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Andi Nur Alam Syah mengatakan, pemerintah terus berupaya membina dan mendorong pelaku usaha perkebunan agar memperkuat hulu hingga ke hilir.

Baca juga: Di Bunex 2023, Kementan Nyatakan Telah Sediakan 9 Bantuan Sarpas

Hingga saat ini, lanjutnya, hilirisasi yang dilakukan telah mampu meningkatkan nilai ekspor pada sejumlah komoditas, seperti kelapa sawit, kopi, kakao dan komoditas lain. Nilainya tumbuh menjadi Rp 58,45 triliun pada Juni 2023.

Ia menambahkan, peningkatan daya saing melalui hilirisasi perlu didukung dengan strategi pemasaran yang tepat untuk menembus berbagai pasar. Oleh karena itu Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan Kementan mengadakan focus group discussion (FGD) di Bunex 2023.

“FGD membahas akselerasi pemanfaatan dana sarana prasarana bagi perkebunan kelapa sawit. Selain itu, Ditjen Perkebunan juga menyelenggarakan Rembug Pekebun Indonesia yang membahas tentang penguatan tata kelola perkebunan nasional. Berbagai pembahasan di Bunex 2023 demi penguatan hilirisasi perkebunan untuk ketahanan ekonomi global," ujar Andi Nur melalui siaran pers, Sabtu (9/9/2023).

Pada kesempatan tersebut, Andi Nur mengatakan bahwa model pembiayaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) merupakan model pembiayaan yang ideal. Model ini dapat ditularkan untuk komoditas perkebunan lain sehingga perlu dibentuk badan pengelola dana (BPD) untuk komoditas strategis selain kelapa sawit.

Andi Nur melanjutkan, pola kemitraan inti plasma perlu dihidupkan kembali. Selain itu, ia juga menekankan signifikansi data sebagai dasar untuk membuat kebijakan yang tepat.

“Pengembangan komoditas juga harus berbasis ketertelusuran,” katanya.

Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Ditjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Merrijantij Punguan Pintaria yang hadir di Bunex 2023 turut menjelaskan peran hilirisasi perkebunan terhadap peningkatan nilai ekspor.

Baca juga: Gelar BUNEX 2023, Kementan Perkuat Industri Kelapa Sawit sebagai Penunjang Ekonomi Indonesia

Kementerian Perindustrian, kata dia, sangat mendukung hilirisasi komoditas perkebunan. Pasalnya, kontribusi sektor industri agro sebesar 50,20 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) industri nonmigas.

Ia menyampaikan, industri hasil perkebunan memiliki peran penting bagi sektor industri agro. Pada 2022, total ekspor sektor industri hasil perkebunan mencapai 36,55 miliar dollar AS atau sekitar Rp 568,9 triliun.

Komoditas perkebunan arus utama di Indonesia adalah kelapa, kelapa sawit, kakao, kopi, teh dan minyak asiri. Komoditas kelapa sawit dan turunannya merupakan produk ekspor utama Indonesia, yakni menyumbang hampir 81,4 persen dari total ekspor industri hasil perkebunan.

“Hal ini mengingat Indonesia merupakan negara produsen terbesar kelapa sawit. Komoditas kelapa sawit menjadi model hilirisasi industri yang mampu mendorong ekspor produk bernilai tambah hasil kegiatan usaha pengolahan di dalam negeri," ujar Merri.

Selain Merri, turut hadir beberapa narasumber lain dalam kegiatan FGD Bunex 2023, yakni Head of Public Policy and Government Relation ByteDance Rofi Uddarojat dan Head of Public Policy and Government Relation Tokopedia Hilmi Adrianto.

Hadir pula Barista dan Profesional Chef Kopi Kalemago dan Kanaya Restaurant Fidzah Djafar, Kepala Pusat Peneliti Kopi dan Kakao Indonesia (KOPUSLITKOKA) Dini Astika Sari, Direktur Utama PT RNI (Persero)/ID FOOD Frans Marganda Tambunan.

Andi Nur berharap, kegiatan tersebut dapat menciptakan ruang dalam berinteraksi, bekerja sama, dan berinovasi bagi segenap stakeholder perkebunan di Indonesia. Dengan demikian, keselarasan dalam kegiatan kewirausahaan di subsektor perkebunan yang inovatif, berdaya saing, dinamis, dan terus berkembang bisa terwujud.

“Dengan begitu, Indonesia mampu memperkuat diri menghadapi berbagai tantangan nasional ataupun global serta dapat berkolaborasi mempererat kerja sama antara seluruh stakeholder bidang perkebunan demi memajukan dan memperkuat perkebunan Indonesia serta tentunya menyejahterakan pekebun Indonesia,” tutur Andi Nur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com