JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti tren penurunan angka lifting dan produksi minyak dan gas (migas) nasional. Fenomena ini dinilai berdampak terhadap sejumlah aspek berkaitan dengan migas nasional.
Salah satunya ialah terkait dengan investasi industri migas nasional. Menurut dia, tren penurunan lifting dan produksi menjadi salah satu tantangan bagi perkembangan investasi di industri tersebut.
"Kita menyadari investasi hulu migas masih menghadapi sejumlah tantangan strategis," kata dia, dalam The International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIOG) ke-4, Rabu (20/9/2023).
Baca juga: APBN Jadi Jaminan Kereta Cepat, Sri Mulyani Buka Suara
Tren penurunan lifting migas terefleksikan dari angka lifting migas dalam asumsi dasar ekonomi makro RUU APBN 2024. Dalam asumsi dasar ekonomi makro tahun 2024 ditetapkan, lifting minyak 635.000 barrel per hari dan lifing gas bumi 1,03 juta barrel setara minyak per hari. Angka itu lebih rendah dari angka asumsi dasar ekonomi makro APBN 2023, yakni lifting minyak 660.000 barrel per hari dan lifing gas bumi 1,10 juta barrel setara minyak per hari.
"Ini menunjukan berlanjutnya penurunan lifting migas di Indonesia," ujar Sri Mulyani.
Lebih lanjut bendahara negara bilang, tren penurunan lifting itu juga akan berdampak terhadap pendapatan negara, baik yang berasal dari pajak maupun PNBP. Namun demikian, ia menyebutkan, sejauh ini pendapatan negara yang berasal dari migas masih berada dalam tren positif.
"Meskipun harga minyak menunjukan moderasi, tapi dalam 3 bulan terakhir kita melihat harga minyak bergerak di jalur yang berbeda," katanya.
Permasalahan lain yang timbul dari penurunan lifting migas ialah defisit neraca dagang. Pasalnya, di tengah tren penurunan lifting, permintaan dari dalam negeri terus meningkat. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia harus mengimpor migas dari luar negeri.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca dagang migas selama beberapa bulan terakhir memang mengalami defisit. Teranyar, pada Agustus lalu komoditas migas mencatat defisit sebesar 1,34 miliar dollar AS.
"Ini ada isu yang kritikal tapi juga kompleks yang harus segera diatasi," ucap Sri Mulyani.
Baca juga: Lantik 937 Pejabat Kemenkeu, Sri Mulyani: Jangan Pernah Tidak Siap dengan Perubahan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.