Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakar Potensi Ekonomi yang Hilang dari Makanan yang Terbuang

Kompas.com - 18/10/2023, 19:30 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pangan Dunia (FAO) mencatat jumlah makanan yang terbuang setiap tahun mencapai 1,3 miliar ton secara global.

Di Indonesia, jumlah tersebut memiliki nilai kehilangan dampak ekonomi sekitar 4-5 persen dari produk demestik bruto (PDB) Indonesia, atau setara Rp 213-551 triliun per tahun.

Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional (Bapanas) Nyoto Suwignyo menjelaskan, jumlah makanan yang terbuang tersebut mencapai sepertiga dari total pangan yang diproduksi untuk dikonsumsi penduduk dunia.

"Sederhananya, kalau kita rapat dikasihi kotak isi 3 kue, yang dimakan dua, satu tersisa. Jadi pasti itu. Kalau kondangan juga makan ambil lalu disisakan," kata dia dalam konferensi pers Peringati Hari Pangan Sedunia: Bank DBS Indonesia dan Badan Pangan Nasional Suarakan Bijak Kelola Sampah Makanan, Rabu (18/10/2023).

Baca juga: Indonesia Jadi Pasar Penting Bisnis Makanan Korea

Ia menambahkan, Indonesia menyumbang sekitar 48 juta ton makanan yang terbuang setiap tahun. Jumlah tersebut berarti, setiap orang menghasilkan makanan terbuang 115-184 kg per kapita per tahun.

Jumlah makanan yang terbuang itu diproyeksikan dapat memberi makan sampai 125 juta orang, atau 47 persen dari total populasi Indonesia.

Bahkan, data United Nations Environment Programme (UNEP) atau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2020 menempatkan Indonesia sebagai peringakt keempat sebagai negara dengan tingkat sampah makanan tertinggi dengan 20,94 juta metrik ton.

VP Komunikasi Eksternal Bank DBS Indonesia Rifka Suyandari menjelaskan, pihaknya sejak 2019 sudah mengkampanyekan makan tanpa sisa.

Baca juga: Ini Perusahaan Makanan dan Minuman Terbesar di Dunia

"Jadi memang ini tugas yang tidak dapat dijalankan oleh kami sendiri, kami ingin menggandeng lebih banyak institusi lain untuk lebih giat memerangi sampah makanan, pemborosan makanan, dan air," terang dia.

Rifka juga menjelaskan, secara internal pihaknya juga belajar cara membuat kompos dari sisa makanan yang ada di rumah tangga bersama Kebun Kumara.

Selain itu, Bank DBS Indonesia juga menjalin kerja sama bersama Alfamart dan juga e-commerce seperti Bukalapak dan Blibli dalam meningkatkan kesadaran terhadap isu food waste dan food loss melalui berbagai kanal komunikasi.

Kesadaran tersebut juga didorong hingga menyelamatkan makanan agar tidak sampai ke TPA dengan mengolahnya menjadi bahan pangan untuk didistribusikan kembali.

Bank DBS Indonesia juga menjembatani eFishery untuk mendonasikan sebanyak 30 kg ikan nila kepada Foodbank of Indonesia (FOI) yang diterima oleh 150 siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan lansia di Jakarta.

Baca juga: Permudah Pembukaan Usaha jadi Strategi Pemerintah Libatkan UMKM dalam Hilirisasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com