Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi AS 4,9 Persen pada Kuartal III 2023

Kompas.com - 27/10/2023, 10:55 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) tercatat sebesar 4,9 persen pada kuartal III 2023. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, yakni 4,7 persen.

Dikutip dari CNBC, Jumat (27/10/2023), pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III 2023 ditopang kontribusi belanja konsumen, peningkatan persediaan, ekspor, investasi residensial, dan belanja pemerintah.

Meskipun laporan tersebut dapat memberikan dorongan kepada The Fed untuk menjaga kebijakannya tetap ketat, namun banyak pihak masih memperkirakan tidak adanya peluang kenaikan suku bunga ketika bank sentral mengadakan pertemuan minggu depan.

Baca juga: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun Depan

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. SHUTTERSTOCK/THAPANA_STUDIO Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.

Perekonomian AS tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal III 2023, didukung oleh kuatnya konsumen meskipun tingkat suku bunga lebih tinggi, tekanan inflasi yang terus berlanjut, dan berbagai tantangan domestik dan global lainnya.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan percepatan PDB riil sebesar 4,7 persen, yang juga disesuaikan dengan inflasi.

Peningkatan tajam ini disebabkan oleh kontribusi belanja konsumen, peningkatan persediaan, ekspor, investasi residensial, dan belanja pemerintah.

Belanja konsumen, yang diukur dengan pengeluaran konsumsi pribadi, meningkat sebesar 4 persen pada kuartal III 2023 setelah hanya meningkat sebesar 0,8 persen pada kuartal II 2023, dan menyumbang sebesar 2,7 poin persentase terhadap total peningkatan PDB.

Baca juga: APBN 2024 Disebut Penting untuk Dorong Kelancaran Logistik dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Persediaan menyumbang 1,3 poin persentase. Investasi domestik swasta bruto melonjak 8,4 persen dan belanja serta investasi pemerintah naik 4,6 persen.

Belanja di tingkat konsumen terbagi cukup merata antara barang dan jasa, masing-masing naik 4,8 dan 3,6 persen.

Ilustrasi mata uang dollar AS. PIXABAY/PUBLICDOMAINPICTURES Ilustrasi mata uang dollar AS.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III 2023 menandai kenaikan terbesar sejak kuartal IV 2021.

Pasar hanya bereaksi sedikit terhadap berita tersebut, dengan saham-saham beragam di awal perdagangan dan imbal hasil obligasi US Treasury sebagian besar lebih rendah.

Baca juga: Bank Dunia Kerek Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini Jadi 5 Persen

“Laporan ini mengonfirmasi apa yang telah kita ketahui. Konsumen melakukan belanja besar-besaran pada kuartal ketiga,” kata Michael Arone, kepala strategi investasi US SPDR Business di State Street Global Advisors.

“Saya rasa laporan ini tidak mengubah prospek kebijakan moneter. Itu sebabnya menurut saya Anda tidak melihat reaksi berlebihan dari pasar," tutur Arone.

Meskipun laporan tersebut dapat memberikan dorongan kepada The Fed untuk menjaga kebijakannya tetap ketat, para pedagang masih memperkirakan tidak adanya peluang kenaikan suku bunga ketika bank sentral bertemu minggu depan, menurut data CME Group.

“Investor tidak perlu terkejut bahwa konsumen melakukan belanja di bulan-bulan terakhir musim panas. Pertanyaan sebenarnya adalah apakah tren ini dapat berlanjut di kuartal mendatang, dan menurut kami tidak," ungkap Jeffrey Roach, kepala ekonom LPL Financial.

Baca juga: Bank Dunia Beberkan 3 Faktor yang Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Saat banyak ekonom mengira AS akan berada di tengah-tengah resesi yang dangkal, pertumbuhan tetap berjalan seiring dengan belanja konsumen yang melampaui ekspektasi. Konsumen menyumbang sekitar 68 persen PDB pada kuartal III 2023.

Meskipun AS terbukti tangguh terhadap berbagai tantangan, sebagian besar ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat dalam beberapa bulan mendatang.

Namun, mereka umumnya berpikir AS dapat menghindari resesi jika tidak ada guncangan yang tidak terduga.

Ilustrasi belanja di supermarket atau pasar swalayan. SHUTTERSTOCK/MINERVA STUDIO Ilustrasi belanja di supermarket atau pasar swalayan.

“Ke depannya, konsumen tidak akan melakukan pembelanjaan dengan jumlah yang sama, pemerintah tidak akan melakukan pembelanjaan dengan jumlah yang sama, dan dunia usaha tampaknya juga akan memperlambat pengeluaran mereka,” kata Arone.

Baca juga: Bank Dunia Sebut Sektor Jasa Bisa Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

“Ini menunjukkan bahwa ini mungkin merupakan angka puncak PDB, setidaknya dalam beberapa kuartal mendatang," imbuh dia.

Bahkan ketika pembayaran transfer pemerintah di era Covid-19 sudah habis, pengeluaran tetap kuat karena rumah tangga menarik tabungan dan meningkatkan saldo kartu kredit. Tingkat tabungan pribadi turun menjadi 3,8 perseb pada kuartal III 2023, dibandingkan 5,2 persen pada periode sebelumnya.

Selain itu, pendapatan riil setelah pajak turun 1 persen pada kuartal tersebut setelah meningkat 3,5 persen pada kuartal II 2023.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi AS juga terjadi meskipun The Fed tidak hanya menaikkan suku bunga pada kecepatan tercepat sejak awal tahun 1980-an, namun juga berjanji untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi sampai inflasi kembali ke tingkat yang dapat diterima.

Baca juga: Bank Dunia Sebut Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur dan Pasifik Capai 5 Persen pada 2023

Inflasi telah berjalan jauh melampaui target tahunan bank sentral sebesar 2 persen, meskipun tingkat inflasi setidaknya telah surut dalam beberapa bulan terakhir.

“Intinya bagi Federal Reserve adalah tidak adanya resesi yang terlihat, dan para pengambil kebijakan dapat merasa puas dengan mengetahui bahwa mereka dapat mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, tanpa memicu kehancuran perekonomian AS,” tutur Matthew Ryan, kepala strategi pasar di Ebury.

Selain suku bunga dan inflasi, konsumen juga menghadapi berbagai masalah lainnya.

Dimulainya kembali pembayaran pinjaman mahasiswa diperkirakan akan mengurangi anggaran rumah tangga, sementara kenaikan harga bahan bakar dan goyahnya pasar saham akan berdampak pada tingkat kepercayaan.

Baca juga: Tahun Depan Pemerintah Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen di Tengah Ketidakpastian Global, Realistiskah?

Ketegangan geopolitik juga berpotensi menimbulkan masalah, dengan pertempuran antara Israel dan Hamas dan perang di Ukraina menimbulkan ketidakpastian besar mengenai masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com