Sementara, untuk motif kain tenun dan songket, selain mempertahankan motif warisan leluhur, Ketut juga mendesain motif sendiri, salah satunya Kembang Pucuk. Ia mengungkapkan, motif Kembang Pucuk memiliki makna filosofis.
Baca juga: Sandiaga: Kain Tenun Tradisional Bakal Dikolaborasikan dengan Louis Vuitton
“Motif pucuk ini simbolisasi dari sebuah bunga yang melambangkan suatu keberanian. Pucuk itu sering dipakai dalam upacara di Bali yang mempunyai filosofi keberanian, ditambah dengan warnanya yang sangat bagus dan melambangkan kebijaksanaan,” jelas Ketut.
Konsep dan idealisme yang dibangun Ketut melalui Artha Dharma membuat usahanya ini memiliki kekhasan tersendiri. Menurut Ketut, hal ini pula yang membawanya bisa bergabung dengan SETC selama 5 tahun terakhir.
“Saya sering diajak ikut event, bahkan internasional seperti G20 dan berbagai event lain di Bali. Jadi manfaat yang saya rasakan banyak sekali setelah bergabung dengan SETC. Kami dibantu menyosialisasikan produk kami sehingga jadi lebih dikenal,” kata Ketut.
“Dengan ikut pameran, baik event lokal, kabupaten, provinsi, nasional, dan internasional, kami lebih dikenal lagi. Jadi bisa naik kelas,” lanjut dia.
Baca juga: Angkat Penjualan Tenun Ikat NTT Melalui Portal Online
Melalui berbagai pameran yang difasilitasi SETC, Ketut memperkenalkan proses produksi songket dan tenun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya