Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mela Yunita
Peneliti

Direktur Eksekutif Pusat Riset Sosial dan Ekonomi Indonesia (Presisi). Doktor Ilmu EKonomi Pertanian IPB (2022); Master Ilmu EKonomi IPB (2017) dan Sarjana Ekonomi FEB Unej (2015). Peneliti dan pengamat ekonomi dan sosial.

Mengupas Kebijakan Suku Bunga BI

Kompas.com - 28/11/2023, 12:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANK Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya, BI-7 day reserve repo di angka 6 persen pada November 2023.

Setelah sempat membuat kejutan dengan menaikkan suku bunga acuannya pada Oktober lalu, BI akhirnya memutuskan mempertahankan tingkat suku bunganya.

Namun bukan berarti BI mengakhiri stance kebijakannya yang bersifat hawkish tahun depan. Keputusan BI ini telah diantisipasi oleh sebagian besar ekonom, di mana pada bulan ini sikap kehati-hatian BI akan kembali ditunjukkan ke publik dalam menghadapi situasi nasional dan global saat ini.

Per kondisi ini tidak lepas dari berbagai faktor yang melatarbelakangi putusan BI. Faktor pertama dikaitkan adanya fenomena El Nino yang menyeruak kembali sejak pertengahan tahun ini.

Akibatnya produksi beras menjadi terganggu dan menyebabkan tekanan inflasi, namun tidak terlalu kuat seperti pada Oktober lalu.

Inflasi tercatat berada pada nilai 2,56 persen, masih dalam kisaran target BI. Hal ini menunjukkan bahwa laju inflasi tetap terkendali dan berada pada kisaran sasaran 2-4 persen.

Pada aras lain, kondisi neraca perdagangan Indonesia mencatatkan peningkatan surplus menjadi 3,48 miliar dollar AS pada Oktober tahun ini, didukung penurunan ekspor dan impor yang tidak terlalu parah dibandingkan bulan sebelumnya.

Ini artinya risiko neraca berjalan menjadi defisit pada tahun ini tidak akan mengancam atau memberikan risiko besar terhadap stabilitas rupiah.

Sementara itu dari sektor eksternal, The Federal Reserve masih mempertahankan tingkat suku bunganya pada November ini.

Lalu tak kalah penting, The Fed kemungkinan akan mempertahankan tingkat suku bunga kebijakannya pada Desember 2023.

Sehingga diprediksi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih akan menguat seperti beberapa waktu lalu.

Meskipun tekanan terhadap rupiah akibat ketidakpastian pasar global masih ada, namun diprediksi pasar keuangan global cenderung stabil dan meningkatkan sentimen penarikan dana atau risk on di kalangan investor.

Sebab, The Fed kini dinilai kurang hawkish oleh pasar, sehingga memicu arus masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

Oleh karena itu, rupiah berpotensi menguat terhadap dollar AS pada bulan ini, ditutup pada Rp 15.445 per dollar AS pada Senin kemarin, yang akan mengurangi risiko inflasi impor.

Merangkum berbagai kondisi internal dan eksternal yang ada saat ini dan masa depan, masih diperkirakan ada ketidakpastian, karena The Fed belum benar-benar memberikan sinyal ruang penurunan suku bunga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com