Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggito Abimanyu
Dosen UGM

Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Ketua Bidang Organisasi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Surplus Perdagangan Menurun, Faktor Eksternal atau Internal?

Kompas.com - 18/12/2023, 06:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Masalah eksternal atau internal?

Penurunan surplus perdagangan Indonesia pada November dan kemungkinan Desember 2023 disebabkan faktor eksternal, yakni penurunan permintaan dunia menyebabkan penurunan IHP dan gejolak nilai tukar yang menyebabkan ketidakpastian perdagangan.

Faktor geopolitik, Rusia-Ukraini dan Timur tengah juga menjadi sebab. Di samping itu faktor “wait and see” dari mitra dagang Indonesia menunggu kepastian Pemilu 2024.

Di samping faktor eksternal yang menjadi faktor penurunan surplus perdagangan, faktor internal juga berpengaruh.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terbatas pada level 5 persen, di bawah potensi optimal antara 5-6 persen per tahun.

Rasio investasi belum beranjak dari tingkat 30 persen terhadap PDB. Kontribusi sektor manufaktur 2022 sudah di bawah 20 persen dari PDB.

Dalam beberapa tahun ini, telah terjadi deindustrialisasi dan penurunan daya saing produk ekspor manufaktur Indonesia di pasar dunia.

Meskipun terjadi kenaikan daya saing produk Indonesia secara makro, banyak studi yang menyimpulkan daya saing produk manufaktur yang diukur dari indeks daya saing, spesialisasi dan indeks konsentrasi belum membaik.

Dunia usaha meminta pemerintah meninjau masalah penurunan daya saing produk Indonesia di pasar mitra dagang Indonesia, seperti di ASEAN dan Asia Timur.

Produk manufaktur Indonesia di pasar ASEAN sudah kalah dengan Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Dengan negara Asia lain, kita juga kalah bersaing dengan India dan Taiwan.

Indonesia perlu terus memperbaiki peringkat seluruh komponen utama kinerja ekonomi, pemerintah yang efisien, birokrasi cepat, kepastian regulasi, logistik, dan ketersediaan infrastruktur.

Di sisi perdagangan internasional adalah mengenai distribusi, di mana masih sedikit produk Indonesia yang terhubung dengan jalur distribusi internasional.

Ekspor Indonesia akan meningkat apabila tidak dilakukan larangan ekspor komoditi pertambangan umum.

Kebijakan larangan atau hambatan non-tarif ekspor tidak hanya memengaruhi kinerja ekspor dan neraca perdagangan, namun juga berkurangnya potensi pendapatan negara apabila diterapkan hambatan tarif.

Belum lagi penerapan bea masuk produk ekspor Indonesia di negara-negara mitra dagang sebagai “balasan” kebijakan larangan ekspor.

Larangan ekspor dilakukan dalam rangka hilirisasi perekonomian untuk memberikan nilai tambah dalam negeri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com