Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung Batik Laweyan yang Menolak Terlindas Roda Zaman

Kompas.com - 03/01/2024, 05:00 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

“Kami mengalami hantaman yang luar biasa pada saat pandemi Covid-19. Kami tergabung di Asosiasi Industri Batik Indonesia, itu pernah ada riset bahwa 80 persen baik tenaga kerja, income, kolaps ya. Tapi setelah itu ada kenaikan lagi dan alhamdulilah sekarang itu, di samping online dan itu semua jalan,” tambah Febela Priyatmono.

Baca juga: Saat Iriana Jokowi Ajak Pendamping Kepala Negara G20 Saksikan Batik sampai Gamelan Bambu

Menyambung perkataan Febela Priyatmono, Kepala Marketing Batik Mahkota Laweyan Eko Margianto menilai, adanya industri berkonsep baru sempat menjadi hambatan bagi industri batik tradisional. Seiring perkembangan zaman yang serba cepat, konsep patik berubah menjadi motif produk tekstil.

“Terjadi pergeseran konsep batik, di mana desainnya adalah batik, tapi pembuatannya tidak sesuai dengan yang seharusnya, yakni batik tulis atau cap,” jelas Eko.

Eko merinci, batik tulis memiliki proses yang cukup lama dari kain putih, digambar, lalu dicanting, dan diwarnai, bisa sampai 2-3 minggu yang sederhana saja. Apalagi model batik tradisional yang unik, rumit, dan kompleks bisa makan waktu 3-6 bulan untuk 1 produk.

Eko menjelaskan, lamanya proses pembuatan batik menjadikan harganya juga tidak murah. Hal inilah yang kemudian menghambat daya beli masyarakat.

“Masyarakat pada saat itu, tingkat daya belinya sangat kurang, jadi pilihnya produk yang tiruan, yang pentingkan motifnya batik, diproses masif, pabrikasi dan modern,” ungkap Eko.

Di Solo, pergeseran konsep batik terjadi sekitar tahun 1980-an. Hal ini diperparah dengan hadirnya perusahaan-perusahaan tekstil besar yang memproduksi produk tekstil bermotif batik.

“Lambat laun, selama dua dekade atau sekitar 20 tahunan tutup tidak ada aktivitas, tidak cuma sini, tapi seluruhnya,” kata Eko.

Baca juga: Kisah Sukses Euis Rohaini, Raup Omzet Ratusan Juta dari Bisnis Batik dan Kerajinan

Roda zaman

Meski sempat mati suri, Kampung Batik Laweyan kini sudah bangkit dan bahkan sudah jadi kampung edukasi. Kampung tersebut seolah tak mau terlindas roda zaman. Salah satunya lewat upaya mengenalkan proses membatik kepada anak-anak muda.

Saat saya berkunjung ke kampung tersebut, tepatnya di Batik Mahkota Laweyan, Eko mengajak saya ke salah satu ruangan yang berisi banyak kain batik yang dipajang. Di sana, ada kain yang dipajang sekitar lebih dari 5 meter.

Eko mengatakan, kain batik yang dipajang itu menceritakan cara membuat batik secara tradisional.

Ia mengatakan, banyak pelajar dan mahasiswa datang untuk belajar di Batik Mahkota Laweyan. Lewat grafis tersebut, pelajar dan mahasiswa lebih mudah untuk memahami cara dan proses membatik.

"Kita didukung sama dunia pendidikan, yang mengharuskan muatan lokal itu masuk dalam kurikulum, banyak rombongan anak-anak play group, SMA, dan perguruan tinggi. Biayanya fleksibel, per anak itu sekitar Rp 60.000-an, kalau untuk bule lebih dari Rp 100.000,” ungkap Eko, Rabu (27/12/2023).

Eko mengatakan, hampir semua UMKM di Laweyan dan sekitarnya turun temurun merupakan pengrajin batik. Sebelum adanya Batik Mahkota, berdasarkan bukti-bukti tertulis seperti surat dan nota, industri batik yang berdiri sejak 1942 adalah Batik Puspowidjoto. Usaha tersebut berkembang hingga era 1990-an.

Eko bilang, industri batik sudah mengalami tekanan sejak Eks Karesidenan Surakarta (wilayah yang dibentuk di masa kolonial Belanda). Hal itu berdampak pada industri batik, tidak hanya pada Batik Puspowidjoto saja, tapi hampir seluruh industri batik saat itu di Karesidenan Surakarta, termasuk Laweyan, Sragen, Sukoharjo, dan Klaten.

“Di Eks Karesidenan Surakarta itu ada sekitar 300-an lebih industri batik yang terdampak salah satunya di sini. Era tahun 2004 kita bangkit lagi dengan dimulainya FPKBL. Diawali oleh 9-10 perusahaan, Batik Mahkota, berdiri lagi pada tahun 2006, dan saat itu juga Batik Puspowidjoto berubah menjadi Batik Mahkota sampai saat ini,” ungkap Eko.

Eko mengatkan, Batik Mahkota secara khusus setiap hari memproses batik dengan teknik batik tulis. Tapi tidak menutup kemungkinan, pihaknya tetap menerima pesanan batik cap.

Baca juga: Kisah Sukses Batik Abstrak Murni Asih

Tunarungu membatik

Selain itu, Kampung Batik Laweyan juga mempersiapkan generasi muda khususnya pecanting bisu tuli melalui program yang digagas anak usaha Batik Mahkota, yakni Batik Toeli.

Batik Mahkota juga menyiapkan lahan yang dekat dengan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) untuk dijadikan lokasi edukasi dan produksi untuk pewarnaan alami batik.

Halaman:


Terkini Lainnya

Bapanas Siapkan Revisi Perpres Bantuan Pangan untuk Atasi Kemiskinan Esktrem

Bapanas Siapkan Revisi Perpres Bantuan Pangan untuk Atasi Kemiskinan Esktrem

Whats New
Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Whats New
Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Whats New
478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Whats New
Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Earn Smart
Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Earn Smart
Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Whats New
Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Earn Smart
Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Earn Smart
Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Whats New
Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com