Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ramalan" Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Global Melambat, Negara Berkembang Tertekan

Kompas.com - 10/01/2024, 12:26 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Laporan Prospek Ekonomi Global terbaru dari Bank Dunia memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melambat selama tiga tahun berturut-turut.

Pada 2024 misalnya, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hanya mencapai 2,4 persen, atau lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 2,6 persen. Angka tersebut 0,75 persen lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi global pada 2010-an.

Sementara itu, negara berkembang diperkirakan hanya tumbuh 3,9 persen. Proyeksi tersebut 1 persen lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada dekade sebelumnya.

Baca juga: Sri Mulyani Beberkan Strategi Pemerintah Kejar Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen pada 2024

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. SHUTTERSTOCK/TENDO Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi negara berpendapatan rendah diperkirakan tumbuh 5,5 persen, atau lebih lemah dari perkiraan sebelumnya.

Pada akhir 2024, Bank Dunia memperkirakan masyarakat di seperempat negara berkembang dan sekitar 40 persen negara berpendapatan rendah masih akan berada dalam kondisi lebih miskin dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 yang terjadi pada 2019.

Sementara itu, negara-negara maju akan berhadapan dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Pertumbuhan ekonomi negara maju akan berada di kisaran 1,2 persen pada 2024, atau turun dari 1,5 persen pada 2023.

Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia Indermit Gill mengatakan, tanpa koreksi besar-besaran, periode 2020-an akan menjadi dekade dengan peluang yang terbuang sia-sia.

Baca juga: Luhut Targetkan Pertumbuhan Ekonomi RI Rata-rata 6 Persen hingga 2030

"Pertumbuhan jangka pendek akan tetap lemah, sehingga banyak negara berkembang, terutama negara-negara termiskin terjebak dalam perangkap, dengan tingkat utang yang sangat besar dan lemahnya akses terhadap pangan bagi hampir satu dari setiap tiga orang," kata dia dalam keterangan resmi, Rabu (10/1/2024).

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.SHUTTERSTOCK/NUMBER1411 Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.

"Hal ini akan menghambat kemajuan dalam banyak prioritas global. Peluang masih ada untuk membalikkan keadaan," timpal dia.

Di satu sisi, laporan tersebut menemukan, perekonomian global berada dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan tahun lalu. Hal itu tercermin dari risiko resesi global yang telah berkurang, terutama karena kuatnya perekonomian Amerika Serikat.

Namun meningkatnya ketegangan geopolitik dapat menciptakan bahaya baru dalam jangka pendek bagi perekonomian dunia.

Baca juga: Airlangga Sebut Pertumbuhan Ekonomi Seperti Mendaki Gunung, Inflasi Jadi Hujan

Sementara itu, prospek jangka menengah bagi banyak negara berkembang menjadi semakin suram di tengah melambatnya pertumbuhan di banyak negara besar, lesunya perdagangan global, dan kondisi keuangan yang paling ketat dibandingkan beberapa dekade.

Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan perdagangan global pada 2024 diperkirakan hanya setengah dari rata-rata pertumbuhan perdagangan global pada dekade sebelum pandemi.

Sementara itu, biaya pinjaman di negara-negara berkembang, terutama negara-negara dengan peringkat kredit yang buruk, kemungkinan akan tetap tinggi.

Hal itu karena suku bunga global berada pada level tertinggi dalam empat dekade jika disesuaikan dengan inflasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com