Petani transmigran tidak dapat menggarap sawah karena selalu tidak membuahkan hasil. Padi sangat sulit untuk tumbuh subur karena keasaman tanah sangat tinggi.
Para petani transmigran hidup menderita. Seluruh harta benda sudah habis dijual karena tidak ada pemasukan. Mereka pun harus beralih hidup menjadi pencari kayu bakar.
Di sisi lain, penghentian program tidak hanya melepas tanggung jawab pemerintah pusat pada puluhan ribu transmigran, namun juga berarti pembiaran terhadap ribuan hektar lahan hutan gambut yang telah ditebangi.
Belum lagi sungai-sungai besar yang kini mengering. Masalah menjadi semakin pelik ketika dana sebesar Rp 3,9 triliun untuk rehabilitasi lahan gambut tidak sampai secara optimal ke masyarakat dan lingkungan.
Baca juga: Kabar Whoosh Sepi Penumpang dan Pengurangan Argo Parahyangan
Lebih jauh, bahkan keberadaan lumbung pangan berakhir gagal dibangun dan justru sebagian wilayahnya telah berganti menjadi perkebunan sawit hingga saat ini.
Artikel ini bersumber dari berita di Harian Kompas berjudul "Program Pangan Nasional Food Estate".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.