Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar Impor Pangan 2024: Daging Sapi, Jagung, hingga Beras

Kompas.com - 28/02/2024, 21:17 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah telah menetapkan jumlah impor untuk sejumlah komoditas pangan di 2024.

Hal tersebut ditetapkan dalam rapat Neraca Komoditas (NK) bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian).

Direktur Impor Kementerian Perdagangan Arif Sulistyo mengatakan, rapat tersebut dihadiri kementerian/lembaga terkait yaitu Kementerian Pertanian (Kementan), kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Badan pangan Nasional (Bapanas), Badan Pusat Statistik (BPS), dan kementerian BUMN.

Baca juga: Ombudsman Sebut Kementan Tidak Transparan dalam Proses Penerbitan Rekomendasi Impor Bawang Putih

"Jadi impor melalui neraca komoditas ini tentu mempertimbangkan stok tahun sebelumnya dan kebutuhan nasional, produksi, dan panen di dalam negeri bila tidak bisa dipenuhi dari dalam negeri, maka akan dicarikan dari sumber lain," kata Arif dalam Rakor Pengendalian Inflasi Daerah dikutip dari kanal Youtube Kemendagri, Rabu (28/2/2024).

Berikut daftar impor pangan 2024:

Daging Sapi

Arif mengatakan, kuota impor daging sapi yang disepakati untuk konsumsi reguler sebanyak 145.251 ton. Kemendag menurut dia, sudah menerbitkan Persetujuan Impor (PI) daging sapi sebanyak 141.142 ton.

"Sementara itu, (kuota impor) untuk kebutuhan industri total 5.101 ton, ini sudah kami terbitkan semua PI-nya," kata Arif.

Selain itu, pemerintah menetapkan kuota impor daging sapi untuk cadangan daging pemerintah sebanyak 120.00 ton.

Kemudian kuota impor daging sapi untuk swasta sebesar 50.000 ton. Hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) NO 11/2022 tentang Perubahan atas PP No 4/2016 tentang Pemasukan Ternak Dan/Atau Produk Hewan Dalam Hal Tertentu Yang Berasal Dari Negara Atau Zona Dalam Suatu Negara Asal Pemasukan.

Adapun kebutuhan daging sapi tahunan dalam negeri tercatat sebanyak 720.375 ton. Sementara perkiraan produksi sebanyak 422.649 ton.

Beras

Arif mengatakan, rencana impor beras reguler yang disepakati sebanyak 2 juta ton pada 2024. Kemudian ditambah sebanyak 1,6 juta ton, sehingga totalnya menjadi 3,6 juta ton.

"Ada penambahan berdasarkan rakortas Kementerian bidang Perekonomian pada 5 Februari 2024 tercatat penambahan alokasi beras untuk keperluan umum sebanyak 1,6 juta ton," ujarnya.

Baca juga: Aturan Baru PLTS Atap: Skema Ekspor-Impor Listrik Dihapus, Pelanggan Tak Lagi Dapat Pengurangan Tagihan

Jagung

Arif melanjutkan, kuota impor jagung untuk kebutuhan industri yang disepakati sebahyak 1.217.026 ton. Kemudian, kuota impor jagung untuk kebutuhan pakan sebanyak 750.000 ton.

"Kami sudah menerbitkan semuanya PI. Jadi semua alokasi PI untuk kebutuhan pakan sudah kami terbitkan," tuturnya.

Bawang Putih

Kemudian, kuota impor bawang putih disepakati sebanyak 645.025 ton. Kementerian Perdagangan sudah menerbitkan PI bawang putih 214.194 ton atau sekitar 33 persen dari total rencana impor.

"Perlu kami sampaikan bahwa kebutuhan bawang putih per bulan secara nasional kurang lebih sekitar 55.000 ton," kata Arif.

Baca juga: Pemerintah Beberkan Alasan Tambah Impor Beras 1,6 Juta Ton

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perkuat Bisnis di RI, Perusahaan Pemurni Air Korea Dapat Sertifikat Halal BPJPH

Perkuat Bisnis di RI, Perusahaan Pemurni Air Korea Dapat Sertifikat Halal BPJPH

Whats New
Upaya Kemenparekraf Jaring Wisatawan Asing di Korea Selatan

Upaya Kemenparekraf Jaring Wisatawan Asing di Korea Selatan

Whats New
Libur 'Long Weekend', 2 Lintasan Utama ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Unit Kendaraan

Libur "Long Weekend", 2 Lintasan Utama ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Unit Kendaraan

Whats New
Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

Whats New
OJK: Sektor Jasa Keuangan Nasional Stabil

OJK: Sektor Jasa Keuangan Nasional Stabil

Whats New
Sentimen Konsumen di AS Melemah Imbas Inflasi dan Tingkat Bunga Tinggi

Sentimen Konsumen di AS Melemah Imbas Inflasi dan Tingkat Bunga Tinggi

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Pengusaha: Pabrik Ada di Daerah dengan UMK Tinggi..

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Pengusaha: Pabrik Ada di Daerah dengan UMK Tinggi..

Whats New
OJK Sebut Perbankan Masih Optimistis Cetak Pertumbuhan Kredit 'Double Digit'

OJK Sebut Perbankan Masih Optimistis Cetak Pertumbuhan Kredit "Double Digit"

Whats New
9 Tips untuk Menjadi Kandidat yang Disukai dalam Wawancara Kerja

9 Tips untuk Menjadi Kandidat yang Disukai dalam Wawancara Kerja

Work Smart
Blak-blakan Emiten Prajogo Pangestu BREN soal Harga Saham yang Terus Menanjak

Blak-blakan Emiten Prajogo Pangestu BREN soal Harga Saham yang Terus Menanjak

Whats New
Banyak BPR Tutup, OJK: Tidak Mungkin Kami Selamatkan...

Banyak BPR Tutup, OJK: Tidak Mungkin Kami Selamatkan...

Whats New
Harga Bawang Putih Masih Tinggi, KSP Bakal Panggil Para Importir

Harga Bawang Putih Masih Tinggi, KSP Bakal Panggil Para Importir

Whats New
Berantas 'Bus Bodong', PO yang Langgar Aturan Harus Disanksi Tegas

Berantas "Bus Bodong", PO yang Langgar Aturan Harus Disanksi Tegas

Whats New
Wamen BUMN Ungkap Ada Wacana Kementerian Perumahan

Wamen BUMN Ungkap Ada Wacana Kementerian Perumahan

Whats New
Pemerintah Kaji Skema KPR Subsidi Buat Pekerja Gaji Rp 8 Juta-Rp 15 Juta

Pemerintah Kaji Skema KPR Subsidi Buat Pekerja Gaji Rp 8 Juta-Rp 15 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com