JAKARTA, KOMPAS.com - Harga pangan dunia disebut masih berada di atas rata-rata harga sebelum pandemi. Hal ini dikhawatirkan akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, harga pangan dipengaruhi oleh efek tekanan global.
"Sulit untuk turun ke harga semula," kata dia dalam keterangan resmi, Sabtu (23/3/2024).
Hal itu diperparah konflik Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel yang belum dapat diprediksi kapan berakhir sehingga mengacaukan rantai pasok.
Oleh karena itu, Tauhid bilang, pemerintahan baru nanti akan dihadapkan pada isu konsumsi rumah tangga yang tertahan.
Padahal, konsumsi rumah tangga berpengaruh sekitar 58 persen sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini menjadi cerminan persoalan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Sementara dari perdagangan, Indonesia menghadapi tren surplus yang susut.
Baca juga: Ini yang Dilakukan ID Food untuk Jamin Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan Selama Ramadhan
Sebagai gambaran, neraca perdagangan kumulatif periode Januari hingga Februari 2023 mencapai 9,28 miliar dollar AS, sementara pada 2024 hanya 2,87 miliar dollar AS.
Adapun pada Februari 2024, impor Indonesia tumbuh 15,8 persen, sedangkan ekspor minus 9,4 persen secara tahunan.
"Tantangan riil demikian ditambah stabilitas global bakal mengancam akselerasi target pertumbuhan ekonomi," imbuh dia.