Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PMI Manufaktur RI Ekspansif 30 Bulan Berturut-turut, Ini Respons Pengusaha

Kompas.com - 25/03/2024, 14:36 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia terus berada dalam fase ekspansif selama 30 bulan terakhir, hingga Februari 2024. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengapresiasi capaian tersebut, sebab menandakan Indonesia telah benar-benar keluar dari pandemi Covid-19.

Ketua Bidang Ketenagakerjaan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bob Azam mengatakan, geliat positif sektor industri ini salah satunya didorong oleh permintaan baru dari pasar domestik sehingga mendorong kenaikan produksi.

Menurut dia, capaian PMI manufaktur tersebut selain menandakan Indonesia telah benar-benar keluar dari pandemi Covid-19, juga menjadi indikator yang kuat bahwa industri di Indonesia ada pada kondisi industrialisasi berkelanjutan.

"Pelaku industri sangat memandang positif capaian gemilang PMI manufaktur Indonesia selama 30 bulan berturut yang juga berdampak kepada pertumbuhan ekonomi nasional," kata Bob melalui keterangannya, Senin (25/3/2024).

Baca juga: PMI Manufaktur Indonesia Melesat, Ungguli Malaysia hingga China

Sebagai informasi, berdasarkan data dari S&P Global, indikator Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia dalam fase ekspansif pada Februari 2024 di angka 52,7.

Capaian PMI Manufaktur Indonesia pada Februari 2024 mampu melampaui PMI Manufaktur berbagai negara maju lainnya yaitu China (50,9), Jerman (42,3), Jepang (47,2), Inggris (47,1), Amerika Serikat (51,5), Malaysia (49,5), Myanmar (46,7), Filipina (51,0), Taiwan (48,6), Thailand (45,3), dan Vietnam (50,4).

Indikator PMI yang terus berada pada fase ekspansif ini menjadi refleksi dari pertumbuhan produksi domestik bruto atau GDP Indonesia yang juga tumbuh secara positif.

Baca juga: PMI Manufaktur RI Naik Jadi 51,3, Ditopang Kuatnya Permintaan Dalam Negeri

 

Butuh langkah strategis pemerintah

Untuk itu, lanjut Bob, capaian PMI manufaktur ini harus harus diikuti oleh Langkah strategis dari pemerintah melalui berbagai kebijakan yang pro terhadap pertumbuhan sektor industri.

Dengan demikian, kebijakan yang diimplementasikan mampu memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

"Industri itu kan tidak berkerja sendiri, pasti dipengaruhi oleh kebijakan lainnya seperti perdagangan dan keuangan. Dan yang paling penting adakah indikator ketenagakerjaan," kata Bob.

"Jadi, PMI yang positif selama 30 bulan berturut berada di level ekspansi harus juga diikuti penyerapan tenaga kerja, ujungnya itu penyerapan tenaga kerja," lanjutnya.

Baca juga: Tumbuh Impresif, PMI Manufaktur Indonesia Kian Melesat

 

Kemudian, Bob juga menekankan bahwa kebijakan di sektor lain seperti pajak, kemudahan perdagangan, arus barang, dan lainnya merupakan salah satu faktor yang sangat pertumbuhan sektor riil di Indonesia.

Oleh karena itu, pemerintah harus serius mengeluarkan kebijakan yang pro terhadap sektor industri nasional.

"Misalkan kita ingin produksi, tapi beberapa bahan baku impor sulit didapat, itu juga akan menghambat untuk tercipta sektor rill nya," ujarnya.

Untuk itu, membutuhkan dukungan lintas sektor sehingga kebijakan dapat berjalan dengan efektif dan tepat sasaran.

"Kemenperin itu harus dibantu oleh kementerian lain seperti Kemendag dan Kemenkeu. Termasuk juga menyangkut arus barang. Dan juga kita sekarang dihadapkan dengan biaya logistik yang tinggi akibat konflik di berbagai negara. PMI ini menjadi satu modal positif, di tengah tantangan baik di dalam maupun luar negeri," katanya.

Bob menyebut bahwa peran Kemenperin terhadap ekonomi nasional menjadi sangat sentral. Kemenperin menjadi institusi yang memegang komando penting dan sangat menentukan kemajuan sektor industri manufaktur nasional.

"Kami sangat apresiasi Menperin yang terus menerus memberikan stimulus untuk industri. Tapi ini kan bukan kerja sendiri, ada andil kementerian lain yang mempermudah, jangan malah dipersulit," katanya.

Bob juga berharap ke dapan tidak hanya produsen, akan tetapi konsumen juga diberikan insentif. Meski, pemberian insentif butuh dukungan politik anggaran pemerintah.

Keunggulan Indonesia

Apindo mengungkapkan sejumlah keunggulan Indonesia dibanding negara lain, yang bisa jadi modal untuk pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Pertama, Indonesia merupakan negara yang sektor ekonominya sangat tergantung pada sektor konsumsi. Hal ini tercermin dari dominasi sektor konsumsi sebesar 60 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Kedua, Indoensia punya tenaga kerja yang berlimpah. Setiap tahunnya terdapat tiga juta tenaga kerja yang masuk pasar kerja di Indonesia.

Menurutnya, invsatasi akan datang ke Indonesia asalkan market-nya tumbuh. "Kuncinya memang di pertumbuhan market. Nah itu lah yang harus kita benahi sekarang. Jadi, industrinya sudah optimis, tenaga kerja tersedia ini harus dikonversi menjadi market yang tumbuh," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com