Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Wall Street Mengalami Tekanan dalam Sepekan

Kompas.com - 14/04/2024, 15:00 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Saham-saham di bursa saham Amerika Serikat (AS) mengalami aksi jual karena kekhawatiran inflasi dan geopolitik. Hal ini berdampak pada penurunan saham-saham perbankan di Wall Street.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 475.84 poin, atau 1,24 persen, dan ditutup pada level 37.983,24 pada Jumat (12/4/2024). Sementara itu, S&P 500 anjlok 1,46 persen ke posisi 5.123,41. Nasdaq Komposit melemah 1,62 persen pada level 16.175,09.

Dalam sesi perdagangan, Dow sempat turun hampir 582 poin, atau 1,51 persen, dan S&P 500 turun sebanyak 1,75 persen.

Baca juga: Lokasi Posko Mudik BRImo Saat Arus Balik Lebaran 2024

Dalam sepekan, S&P 500 turun 1,56 persen, dan 30 saham dalam indeks Dow turun 2,37 persen. Sementara itu, Nasdaq yang padat saham teknologi turun 0,45 persen untuk minggu ini.

Saham JPMorgan Chase turun lebih dari 6 persen setelah raksasa perbankan itu membukukan hasil kuartal pertamanya.

Bank tersebut mengatakan pendapatan bunga bersih yang merupakan ukuran utama dari aktivitas pinjaman, sedikit lebih rendah dari perkiraan para analis Wall Street pada 2024.

CEO Jamie Dimon juga memperingatkan tentang tekanan inflasi yang terus-menerus membebani perekonomian.

Baca juga: Dapat WFH 2 Hari, ASN Diminta Tunda Perjalanan Arus Balik Lebaran

Saham Wells Fargo tergelincir 0,4 persen setelah melaporkan angka kuartalan terbarunya. Citigroup turun 1,7 persen meskipun membukukan pendapatan yang lebih baik.

Harga minyak terus naik di tengah laporan bahwa Israel sedang mempersiapkan serangan langsung oleh Iran akhir pekan ini, yang merupakan peningkatan ketegangan terbesar di kawasan sejak pecahnya perang Israel-Hamas pada Oktober lalu.

Harga minyak mentah AS berakhir pada level 85,66 dollar AS per barrel setelah naik di atas 87 dollar AS per barrel. Data impor AS yang baru juga menambah kekhawatiran terhadap inflasi yang telah memberikan tekanan pada pasar.

Baca juga: Penyebab Rupiah Tembus Rp 16.000 Per Dollar AS di Pasar Luar Negeri

“Kami mendapatkan sentimen risk-off lebih lanjut menjelang akhir pekan. Kami melihat adanya peralihan ke perdagangan yang lebih aman, dengan dolar yang lebih kuat, dan kita melihat aksi jual saham,” kata ahli strategi investasi senior Bank Wealth Management di AS Rob Haworth.

“Hal ini terjadi setelah data inflasi menunjukkan bahwa perekonomian masih cukup panas dan inflasi masih stagnan. Itulah yang membuat investor benar-benar menyesuaikan ekspektasi mereka terhadap The Fed, dan itulah beberapa alasan mengapa mereka bersikap hati-hati menjelang akhir pekan,” lanjut Haworth.

Konsumen juga semakin khawatir terhadap tekanan inflasi yang terus berlanjut. Indeks konsumen untuk bulan April berada di 77,9, di bawah estimasi konsensus Dow Jones sebesar 79,9, menurut Survei Konsumen Universitas Michigan.

Ekspektasi inflasi tahun depan dan jangka panjang juga meningkat, mencerminkan rasa frustrasi terhadap inflasi yang kaku

Baca juga: Kurs Rupiah Diramal Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

Whats New
Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Whats New
Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com