Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Target Ekonomi 2024 Tumbuh 5,7 Persen, Tunjukkan RI Sulit Kejar Target Jadi Negara Maju pada 2045

Kompas.com - 21/02/2023, 17:34 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen-5,7 persen di 2024. Ekonom menilai target itu menunjukkan semakin sulitnya Indonesia mengejar cita-cita menjadi negara maju pada 2045.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan, setidaknya butuh rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen untuk Indonesia bisa menjadi negara maju.

Sementara, di sepanjang pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), pertumbuhan ekonomi tercatat stagnan di kisaran 5 persen.

"Dengan pertumbuhan ekonomi yang hanya di kisaran 5 persen, sulit bagi Indonesia mencapai target negara maju dalam 20 tahun ke depan," ujar Bhima dalam keterangannya, Selasa (21/2/2023).

Baca juga: Ekonomi 2024 Ditargetkan Tumbuh 5,7 Persen, padahal Saat Tahun Politik Cenderung Melambat

Secara rinci, pertumbuhan ekonomi pada 2015 tercatat sebesar 4,88 persen, lalu di 2016 tumbuh 5,03 persen, 2017 tumbuh 5,07 persen, 2018 tumbuh 5,17 persen, 2019 tumbuh 5,02 persen.

Kemudian akibat pandemi Covid-19, ekonomi Indonesia negatif 2,07 persen di 2020, dan selanjutnya tumbuh sebesar 3,7 persen di 2021, serta tumbuh 5,31 persen di 2022.

Lalu di 2023, ekonomi ditargetkan bisa tumbuh mencapai 5,3 persen, serta di 2024 ditargetkan bisa tumbuh mencapai 5,7 persen.

Baca juga: Wamenkeu: Enggak Bisa Republik Kita Ini Jadi Negara Maju Tanpa Manufaktur

Bhima menuturkan, dibandingkan beberapa negara di kawasan ASEAN, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tertinggal sehingga mengalami persaingan yang ketat dengan negara berkembang lainnya.

"Selain pertumbuhan yang cenderung rendah untuk skala negara berkembang, Indonesia juga alami persaingan sengit dari negara di kawasan. Misalnya Vietnam tahun 2022 lalu tumbuh 8 persen, kemudian ada Malaysia yang rebound 8,7 persen," papar dia.

Baca juga: Efek Perlambatan Ekonomi Global Mulai Terasa

 


Ia menjelaskan, selain pertumbuhan yang cenderung tertinggal, Indonesia juga mengalami persoalan di sektor industri yang mengalami penurunan.

Hal itu tercermin dari porsi industri nonmigas yang berada di 16,4 persen pada 2022, turun dari pra pandemi tahun 2019 yang berada di angka 17,5 persen.

"Jadi bukan hanya soal angka pertumbuhan, secara struktur juga rapuh. Kita hanya tumbuh andalkan booming harga komoditas, yang diperkirakan tahun ini bakal melandai. Kalau batu bara dan CPO tidak lagi berjaya, bisa gawat motor pertumbuhan," pungkas Bhima.

Baca juga: Mulai Susun APBN 2024, Ini Sederet Target Ekonomi Jokowi di Akhir Masa Jabatan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com