Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abdul Nasir
Dosen

Dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Jember

Menavigasi Kerangka Rupiah Digital pada Perekonomian

Kompas.com - 25/06/2023, 13:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

LAJU era digital yang tak terbendung, mengharuskan para pemangku kebijakan untuk menyesuaikannya. Tak terkecuali Bank Indonesia (BI).

Salah satu yang dilakukan BI adalah menginisiasi penerbitan Mata Uang Digital Bank Sentral Indonesia (CBDC), dengan nama Rupiah Digital. Ini diklaim BI sebagai salah satu bentuk menjaga kedaulatan rupiah di era distrupsi digital yang terjadi.

Langkah ini mendapat sorakan positif, namun tidak sedikit juga yang meragukannya. Pasalnya, “kelahiran” Rupiah Digital di tengah era disrupsi digital saat ini bukanlah perkara sederhana.

Diperlukan desain yang terukur dan tepat agar kehadirannya tidak berdampak kontraproduktif bagi perekonomian nasional.

Menilik manfaatnya, sederhananya adalah Rupiah Digital dapat memudahkan aktivitas transaksi masyarakat karena dapat dilakukan secara digital. Dengan kata lain, ini sebagai komplementer penggunaan mata uang fisik.

Dalam langkahnya, BI rencana akan menerbitkan dua jenis mata uang digital. Rupiah Digital grosir (w-Digital Rupiah) dan Digital Rupiah retail (r-Digital Rupiah).

W-Digital Rupiah memiliki jangkauan akses yang terbatas dan hanya didistribusikan untuk penyelesaian transaksi secara wholesale seperti operasi moneter, transaksi pasar valuta asing dan transaksi pasar uang.

Sementara itu, r-Rupiah Digital terbuka untuk umum dan didistribusikan untuk berbagai transaksi ritel, baik berupa transaksi pembayaran maupun transfer oleh pribadi/perorangan atau pelaku usaha (pedagang dan korporasi).

Nantinya, seluruh model bisnis Rupiah Digital akan dibangun secara terintegrasi dari ujung ke ujung. Ini dilandaskan pada tiga aspek, yakni integrasi, interoperabilitas, dan interkoneksi (3i).

Jika tiga aspek ini berjalan sesuai mestinya, maka Rupiah Digital diharapkan dapat mengisi keterbatasan mata uang yang ada dengan berperan sebagai instrumen inti bagi BI dalam menjalankan mandatnya di era digital.

Memenuhi ekspekstasi fungsi Rupiah digital, BI diharuskan memenuhi beberapa fitur yang diperlukan. Tentu fitur stabilitas dan keamanan menjadi terdepan.

Terutama di tengah wajah muram kasus di pasar crypto yang merugikan masyarakat, stabilitas dan keamanan adalah nilai jual unik CBDC.

Didukung oleh cadangan devisa dan dijamin oleh BI sebagai bank sentral, Rupiah Digital harus memiliki nilai stabil untuk menjaga kepercayaan pasar dan mencegah volatilitas yang berlebihan.

Dari sisi keamanan, segala sesuatu yang berhubungan dengan digital seringkali dianggap rentan terhadap serangan siber dan gangguan teknologi.

Untuk itu, Rupiah Digital harus memiliki fitur keamanan kuat, yang mencakup sistem enkripsi dan protokol yang kuat untuk melindungi transaksi. Ini dapat dirancang dengan, antara lain, memilih teknologi blockchain dan ruang lingkup jaringan yang tepat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com