Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Segera IPO, MUTU Lepas 30 Persen Saham Senilai Rp 103,71 Miliar

Kompas.com - 13/07/2023, 13:41 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Mutuagung Lestari Tbk (MUTU) yang merupakan calon emiten di bidang jasa pengujian, inspeksi dan sertifikasi (testing, inspection, and certification) berencana melakukan penggalangan modal di Bursa Efek Indonesia (BEI), melalui penawaran umum perdana alias Initial Public Offering (IPO).

Mutuagung Lestari akan melepas sebanyak-banyaknya 942,8 juta lembar saham atau maksimal 30 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan. Saat ini perseroan memasuki masa book building, dengan rentang harga yang ditawarkan Rp 105 hingga Rp 110 per saham.

Adapun estimasi dana yang akan dikantongi dari IPO adalah Rp 99 miliar sampai dengan Rp 103,7 miliar. Bersamaan dengan penawaran umum saham, Perseroan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 235,7 juta Waran Seri I senilai Rp 76,37 miliar, dengan harga pelaksanaan Rp 324 selama periode 9 Februari 2024 – 8 Agustus 2025.

Baca juga: PKPU Berakhir Damai, Sriwijaya Air Berencana IPO

“IPO merupakan salah satu langkah strategis yang diambil Perseroan untuk menangkap peluang yang lebih besar di industri TIC Indonesia. Saat ini masih belum banyak perusahaan yang terlibat dalam industri TIC,” kata Presiden Direktur MUTU International Arifin Lambaga di Jakarta, Kamis (13/7/2023).

Arifin mengungkapkan, konsumen atau pelaku usaha saat ini belum banyak menyadari akan pentingnya sertifikasi terhadap sebuah produk maupun jasa. Ia meyakini saat pemerintah mewajibkan pelaku usaha melakukan sertifikasi, maka industri TIC akan semakin berkembang.

Dalam IPO ini, MUTU International menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek. Proses penawaran saham MUTU akan berlangsung pada 12 hingga 24 Juli 2023, sehingga saham Perseroan diperkirakan akan tercatat dan mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia pada 9 Agustus 2023.

Berdasarkan prospektus, dana IPO sebesar 66 persen akan dialokasikan untuk keperluan Capital Expenditure (Capex) guna mengembangkan laboratorium Perseroan baik yang saat ini telah dimiliki oleh Perseroan maupun pengembangan laboratorium baru yang nantinya akan menjadi kantor cabang setelah mendapatkan akreditasi.

Saat ini untuk pembukaan laboratorium Perseroan masih dalam proses survey lokasi di beberapa wilayah seperti di Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi dan ditargetkan akan mulai dilaksanakan pada tahun 2023. Hal tersebut bertujuan agar Perseroan dapat mendekatkan diri pada pelanggan di wilayah yang lebih luas, meningkatkan efisiensi operasional, dan memperluas pasar.

Sementara itu, sisanya sebesar 34 peresn, serta dana Waran Seri I akan dialokasikan untuk keperluan Operational Expenditure (Opex) yang mencakup biaya pengadaan bahan baku, biaya operasional, biaya pemasaran, dan biaya umum, serta administrasi.

Alokasi dana tersebut guna menunjang operasional Perseroan, baik di pasar yang ada saat ini maupun di pasar yang baru termasuk peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia sesuai dengan 3 fokus strategi Perseroan, yaitu Green Economy, Shariah Economy dan Digital Economy.

“Kami melihat potensi yang baik untuk industri TIC baik di Indonesia maupun global. Nilai pasar TIC global tahun 2027 diperkirakan mencapai 270 miliar dollar AS atau sekitar Rp 4.000 triliun, sedangkan nilai pasar Indonesia saat ini baru mencapai Rp 20 triliun,” ungkap Arifin.

“Oleh karenanya, kami optimistis industri TIC masih akan terus tumbuh secara eksponensial di masa mendatang seiring adanya kebijakan hilirisasi industri, pembangunan ekonomi hijau, digitalisasi, pengembangan ekonomi syariah, peningkatan volume perdagangan dan juga peningkatan kesadaran konsumen akan pentingnya sertifikasi,” lanjut dia.

Saat ini, PT Jasa Mutu Mineral Indonesia (Jammin), salah satu anak usaha yang 99 persen sahamnya dimiliki Perseroan, merupakan satu dari sembilan lembaga TIC di bidang batubara dan nikel yang memiliki izin dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Perdagangan.

Hingga 2022, Indonesia merupakan negara penghasil batubara nomor tiga sekaligus penghasil nikel nomor satu di dunia. Sementara untuk sektor green economy, MUTU akan berfokus pada bursa karbon Indonesia yang baru akan diluncurkan September mendatang.

Direktur MUTU International Irham Budiman mengatakan, perseroan berpeluang besar memanfaatkan perkembangan pasar karbon karena potensinya sangat besar. Nilai perdagangan karbon di masa yang akan datang diperkirakan mencapai Rp 8.400-an triliun.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com