Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Butuh Rp 749,6 Triliun Per Tahun untuk Dekarbonisasi

Kompas.com - 19/10/2023, 17:46 WIB
Yoga Sukmana

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.co.id - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengemukakan berdasarkan Skenario Dekarbonisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, Indonesia membutuhkan investasi senilai Rp 749,6 triliun per tahun untuk dekarbonisasi. Untuk memenuhi kebutuhan ini, seluruh sumber pendanaan akan diusahakan oleh pemerintah.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Kepala Bappenas), Suharso Monoarfa menjelaskan transisi energi merupakan langkah kunci yang dengan sendirinya akan meninggalkan cara-cara konvensional dan menciptakan peluang ekonomi yang lebih baik.

“Mungkin secara finansial feasiblity itu mahal tetapi negara atau pemerintah akan melihatnya dari sisi kelayakan ekonomi karena (transisi energi) bersentuhan dengan seluruh sektor pembangunan. Dengan demikian perhitungannya jauh lebih adil,” ujarnya dalam acara Energy Transitions Conference & Exhibition dan Anugerah DEN 2023 di Jakarta, Rabu (18/10/2023).

Baca juga: Menperin Targetkan Nol Emisi Karbon di Sektor Industri 2050

Salah satu pekerjaan rumah yang masih besar ialah pemensiunan dini pembangkit batubara di mana bersinggungan dengan persoalan teknologi, refinancing, dan lainnya. Bappenas mendorong supaya proyek ini disokong dengan pendanaan campuran (blended finance).

“Dan kita juga berharap ke depan semakin berkurang konsumsi bahan bakar fosil dan juga akhirnya akan menurunkan importasi (energi fosil) kita,” tandasnya.

Melansir materi paparannya, berdasarkan skenario dekarbonisasi RPJPN 2025-2045, Indonesia membutuhkan investasi senilai Rp 749,6 triliun per tahunnya. Dalam kondisi ideal, pemerintah dan swasta mengalokasikan 2 persen dari investasinya ke investasi hijau. Namun, masih terdapat investment gap sebesar Rp 458,2 triliun dari 2025-2060.

Baca juga: Pelita Air Ikut Berpartisipasi dalam Bursa Karbon

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto menjelaskan kesenjangan investasi senilai Rp 400 triliun disebabkan kebutuhan investasi yang sangat besar, tetapi negara tidak memungkinkan memenuhi dana sebesar itu.

“Dari APBN tidak memungkinkan dana sebesar itu. (Gap investasi) ini diharapkan dibantu dari dalam negeri dan luar negeri,” ujarnya ditemui sesuai konferensi pers di acara yang sama.

Dia menjelaskan lebih lanjut, demi menuju Net Zero Emission (NZE) dibutuhkan investasi yang besar, maka itu pemerintah Indonesia melakukan pendekatan ke dunia pada Presidensi G20 di Bali. Melalui upaya itu, Indonesia meraih komitmen pendanaan melalui skema Just Energy Transition Partnership (JETP) senilai 20 miliar dollar AS atau setara Rp 300 triliun.

Baca juga: Bursa Karbon Sepi Transaksi, BEI Lakukan Sejumlah Strategi

Di dalam skema ini, DEN terus melaksanakan rapat terkait standar operasional prosedur (SOP) penggunaan 20 miliar dollar AS dalam bentuk proyek-proyek, apakah ada bunganya atau tidak.

“Di beberapa negara seperti Jerman, dari paparan duta besarnya di sini bilang dalam beberapa proyek saya minta itu langsung bermanfaat untuk masyarakat, misalnya dari minihidro, penyediaan air bersih, dan lainnya,” tandasnya. (Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi)

Baca juga: Bursa Karbon Catat Transaksi 14 Ton Karbon Senilai Rp 974.000

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Bappenas: Investasi Dekarbonisasi Butuh Rp 749,6 Triliun Per Tahun dari 2025-2045

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com