Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Observatorium Pajak Uni Eropa Sebut Miliarder Harus Bayar Pajak Lebih Besar

Kompas.com - 23/10/2023, 21:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Observatorium Pajak Uni Eropa mengatakan, pemerintah harus mengambil langkah tegas secara internasional terhadap penghindaran pajak dan menetapkan pajak minimum global untuk miliarder.

Langkah tersebut diproyeksikan mampu menghasilkan 250 miliar dollar AS per tahun. Jumlah itu setara Rp 3.984 triliun pada kurs Rp 15.937 per dollar AS.

Ketika dihitung lebih rinci, nilai itu hanya setara 2 persen dari total kekayaan 2.700 miliarder di seluruh dunia yang mencapai sekitar 13 triliun dollar AS.

Baca juga: Cerita Komika Soleh Solihun Dikejar Petugas Pajak, meski Akun YouTube Nihil Pemasukan

Direktur Observatorium Gabriel Zucman dalam Laporan Penghindaran Pajak Global 2024 menemukan, saat ini para taipan dunia membayar pajak yang lebih kecil dari pembayar pajak lain dengan jumlah kekayaan lebih sedikit.

Pasalnya, orang-orang terkaya di dunia tersebut dapat memarkir kekayaannya di perusahaan-perusahaan cangkang. Hal tersebut akan melindungi konglomerat tersebut dari pajak penghasilan.

“Dalam pandangan kami, hal ini sulit untuk dibenarkan karena berisiko melemahkan keberlanjutan sistem perpajakan dan penerimaan sosial terhadap perpajakan,” kata dia dilansir dari CNN, Senin (23/10/2023).

Ia menambahkan, meningkatnya ketimpangan kekayaan di beberapa negara maju membuat warga menyerukan agar orang-orang kaya menanggung lebih banyak pajak.

Hal tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi keuangan negara yang kesulitan mengatasi populasi yang menua, kebutuhan transisi energi, dan utang yang menumpuk saat Covid-19.

Baca juga: Respons Menteri ESDM soal 20 Persen Saham Vale Indonesia Dikuasai Perusahaan Cangkang

 


Meskipun dorongan internasional yang terkoordinasi untuk mengenakan pajak kepada para miliarder bisa memakan waktu bertahun-tahun, observatorium itu menunjukkan keberhasilan yang telah dicapai pemerintah dalam segala hal.

Misalnya, peluncuran pembagian informasi rekening secara otomatis pada 2018 telah mengurangi jumlah kekayaan yang disimpan di negara-negara bebas pajak (tax havens) sebanyak tiga kali lipat.

Perjanjian yang terjadi pada 2021 antara 140 negara akan membatasi ruang lingkup perusahaan multinasional untuk mengurangi pajak dengan membukukan keuntungan di negara-negara dengan pajak rendah.

“Sesuatu yang dianggap mustahil oleh banyak orang, kini kami tahu sebenarnya bisa dilakukan," imbuh dia.

"Langkah logis berikutnya adalah menerapkan logika tersebut pada para miliarder, dan tidak hanya pada perusahaan multinasional," tutup dia.

Baca juga: Jadi Alat Orang Kaya dan Politisi Sembunyikan Harta, Apa itu Perusahaan Cangkang?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gapki Tagih Janji Prabowo Bentuk Badan Sawit

Gapki Tagih Janji Prabowo Bentuk Badan Sawit

Whats New
Pameran Franchise dan Lisensi Bakal Digelar di Jakarta, Cek Tanggalnya

Pameran Franchise dan Lisensi Bakal Digelar di Jakarta, Cek Tanggalnya

Smartpreneur
Akvindo Tegaskan Tembakau Alternatif Bukan buat Generasi Muda

Akvindo Tegaskan Tembakau Alternatif Bukan buat Generasi Muda

Whats New
Allianz Syariah Bidik Target Pengumpulan Kontribusi Capai 14 Persen Sepanjang 2024

Allianz Syariah Bidik Target Pengumpulan Kontribusi Capai 14 Persen Sepanjang 2024

Whats New
Laba Bersih Astra International Rp 7,46 Triliun pada Kuartal I 2024

Laba Bersih Astra International Rp 7,46 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024

Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru

Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru

Whats New
Emiten Sawit BWPT Catat Pertumbuhan Laba Bersih 364 Persen pada Kuartal I-2024

Emiten Sawit BWPT Catat Pertumbuhan Laba Bersih 364 Persen pada Kuartal I-2024

Whats New
Ekonom: Investasi Apple dan Microsoft Bisa Jadi Peluang RI Tingkatkan Partisipasi di Rantai Pasok Global

Ekonom: Investasi Apple dan Microsoft Bisa Jadi Peluang RI Tingkatkan Partisipasi di Rantai Pasok Global

Whats New
Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

Whats New
MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

Whats New
Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Whats New
Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Whats New
Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com