Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos LPS: Ekonomi Indonesia Masih Bisa Tumbuh 5 Persen

Kompas.com - 25/10/2023, 21:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

INDRAMAYU, KOMPAS.com - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Pejamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 5 persen di tengah kondisi saat ini. 

Hal itu ia sampaikan setelah Presiden Joko Widodo memanggil Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Nasional ke Istana Kepresidenan pada Senin (23/10/2023).

KSSK Nasional terdiri dari Menteri Keuangan RI Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Pejamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.

Purbaya menjelaskan, alasan dipanggilnya KSSK ke Istana Kepresidenan terkait dengan keadaan ekonomi dan nilai tukar rupiah.

Baca juga: Gelontorkan Rp 200 Miliar, LPS Bakal Bangun Sistem IT untuk Awasi BPR

"Jadi Presiden menanyakan keadaan ekonomi seperti apa dan kebijakan kita seperti apa, utamanya terakhir rupiahnya seperti apa, dan tindakan bank sentral dan kementerian keuangan seperti apa," kata dia ketika ditemui di Indramayu, Rabu (25/10/2023).

Ia menceritakan, Gubernur BI lantas menjelaskan alasan dibalik kenaikan suku bunga acuan yang dikerek ke level yang tinggi. Ia juga tidak menutup kemungkinan tingkat suku bunga acuan tersebut dapat naik kembali.

Menurut Purbaya, Presiden bertanya kemungkinan kenaikan suku bunga acuan akan mengganggu sektor riil.

Baca juga: Cerita Nasabah BPR KRI yang Dapat Jaminan Simpanan dari LPS

Untuk itu, ia menjelaskan masih ada istrumen lain yang menjaga tingkat bunga di pasar. Dengan begitu, suku bunga acuan BI yang naik tidak akan menghambat pertumbuhan ekonomi.

"Harusnya bunga BI naik tinggi pun, ekonomi masih bisa bergerak," imbuh dia.

Purbaya menjelaskan, masih terdapat kebijakan bunga yang dapat membantu ekonomi. Sebagai contoh, di LPS memiliki tingkat bunga penjaminan yang tidak naik signifikan atau bahkan tidak dinaikkan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.

"Jadi kita berbeda dengan Amerika Serikat, mereka kebijakannya cuma satu, kita ada ruas lain, ada tingkat bunga tambahan yang dapat menjaga pertumbuhan ekonomi," ujar dia.

Baca juga: LPS Bakal Bikin Susah Oknum yang Rugikan Bank

Dengan begitu, sektor riil diharapkan tidak akan terdampak terlalu signifikan.

Terkait pelemahan nilai tukar rupiah, Purbaya menjelaskan, secara persentase rupiah hanya mengalami pelemahan yang relatif kecil dibandingkan mata uang negara lain.

"Kita masih punya stimulus, kita bisa kasih stimulus perumahan, Presiden juga memikirkan stimulus yang lain, likuiditas sistem finansial masih terjaga dan bunga pinjaman di pasar secara keseluruhan tidak naik," ucap dia.

"Itu yang memberikan ruang bagi ekonomi kita untuk masih bisa tumbuh 5 persen. Saya bilang ke presiden, 'Pak target pertumbuhan 5 persen tidak terlalu sulit dicapai dengan keadaan seperti ini, karena kita masih punya instrumen yang lain'," tutup dia.

Baca juga: Suku Bunga Penjaminan LPS Tetap 4,25 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com