Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Pertumbuhan Ekonomi RI di Bawah 5 Persen, Ekonom: Belanja Konsumsi Pemerintah Berubah

Kompas.com - 06/11/2023, 18:57 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) riil meningkat sebesar 4,94 persen secara tahunan pada kuartal ketiga tahun 2023. Angka ini sedikit lebih rendah dari 5,17 persen di kuartal II-2023 dan perkiraan pasar sebesar 5 persen.

Ekonom Pasar Global dan Departemen Keuangan, Divisi Asia Pasifik di Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) Ryota Abe menjelaskan, alasan utama penurunan ini adalah perubahan negatif secara tahunan dan kuartalan pada belanja konsumsi pemerintah.

Ekspor bersih sekali lagi berubah sedikit positif, tetapi ekspor barang dan jasa turun sebesar 4,26 persen secara tahunan.

"Penurunan yang lebih besar dibandingkan kuartal sebelumnya," kata dia dalam keterangan resmi, Senin (6/11/2023).

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Meleset dari Target, Ini Respons Sri Mulyani

Berdasarkan industri, ia menambahkan lini bisnis transportasi dan penyimpanan memimpin dengan kenaikan 14,74 persen secara tahunan.

Sementara lini bisnis akomodasi dan katering yang terkait dengan industri pariwisata, naik 10,90 persen secara tahunan.

Ryota juga menyoroti industri pertambangan yang tumbubh 6,95 persen dan manufaktur yang tumbuh 5,2 persen.

"Menunjukkan pertumbuhan yang tinggi," imbuh dia.

Baca juga: Membedah Sumber Pertumbuhan Ekonomi RI yang Tak Lagi 5 Persen

Di sisi lain ia menjabarkan, konsumsi swasta meningkat sebesar 5,06 persen secara tahunan.

Hal tersebut memberikan kontribusi 2,62 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.

Namun secara kuartalan, angka tersebut turun sebesar 0,45 persen. Ini menjadi penurunan terbesar sejak tahun 2011, kecuali selama masa COVID.

Lebih lanjut Ryota menuturkan, dampak negatif kenaikan harga dan kenaikan suku bunga kebijakan menyebar ke segmen konsumen yang lebih luas.

"Dengan kata lain, daya beli konsumen berpendapatan menengah dan rendah sedang terkikis," ungkap dia.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 4,94 Persen pada Kuartal III 2023

 


Berdasarkan pengalaman, terbukti lembaga-lembaga keuangan tidak hanya melakukan pelonggaran, karena beberapa lembaga keuangan memerlukan waktu lebih lama untuk mengambil keputusan pemberian pinjaman.

Mengingat tren perekonomian secara keseluruhan, masuk akal untuk berpikir lembaga keuangan akan memperketat sikap pemberian pinjaman mereka.

Kemudian, Ryota menerangkan, ketika nilai tukar rupiah (IDR) terhadap dollar AS (USD) bertahan di antara Rp 15.000 dan Rp 15.500 per dollar AS, kekhawatiran Bank Indonesia (BI) terhadap nilai tukar akan surut.

Di sisi lain, momentum ekspansi ekonomi juga diperkirakan akan melambat.

"Kami yakin BI kemungkinan akan mulai menyesuaikan kebijakan moneternya terhadap penurunan suku bunga setelah pertemuan pertamanya tahun depan," tutup dia.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com