Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Kendaraan Listrik Pakai LFP dan Nikel, Apa Perbedaannya?

Kompas.com - 27/01/2024, 09:16 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembahasan mengenai baterai kendaraan listrik berbasis lithium ferro-phosphate (LFP) dan nickel manganese-cobalt oxide (NMC) masih menjadi topik hangat beberapa waktu belakangan ini.

Isu pembanding dua jenis baterai kendaraan listrik itu mulanya mencuat saat debat calon wakil presiden (cawapres) pada 21 Januari 2024 lalu.

Lalu apa perbedaan antara LFP dan NMC?

Baca juga: Luhut: Tidak Benar Pabrik Tesla di Shanghai Menggunakan 100 Persen LFP...

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, Agus Tjahjana mengatakan, masing-masing komponen baterai kendaraan listrik itu memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Ia menuturkan, dari sisi harga, NMC memang lebih mahal ketimbang LFP. Hal ini dipengaruhi ketersediaan pasokan logam nikel yang lebih sedikit daripada logam ferro.

"Ketersediaan dari produk itu sangat menentukan harga. Nikel relatif lebih sedikit dibandingkan dengan fero, sehingga by nature ketersediaan itu akan menimbulkan harga," ujarnya saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (26/1/2024).

Lalu dari sisi kandungan kepadatan energi (energy density), baterai berbasis LFP lebih rendah dibandingkan baterai berbasis NMC. Ia mencontohkan, jika NMC mempunyai kapasitas penyimpanan skala 10, LFP hanya di skala 5.

Itu berarti, jika energy density LFP ingin menyamai NMC, maka kapasitasnya harus diperbesar sehingga menjadi lebih berat. Agus menggambarkan, jika pada motor listrik berbasis NMC berat baterainya 10-12 kilogram, maka LFP bisa mencapai 16 kg.

"Jadi LFP itu ada kekurangannya dibandingkan dengan NMC, density dari energinya lebih rendah," kata dia.

Maka dari itu Agus menilai, LFP tidak begitu cocok untuk digunakan pada kendaraan listrik premium.

Menurut dia, LFP lebih cocok digunakan pada kendaraan berukuran besar, seperti bus dan truk yang memang tidak mempermasalahkan berat. Selain itu, cocok pula untuk kendaraan listrik murah atau low end.

"Sekarang bayangkan, kalau kamu pakai mobil yang mahal dan habis beratnya sama baterai, ya enggak cocok. Kalau barang mahal ya pakai baterai mahal saja, yang enteng dan jaraknya bisa jauh," kata dia

"LFP itu bagus untuk kendaraan yang truk atau bus gitu, karena dia enggak tergantung sama berat, juga dipakai untuk kendaraan yang low end," tambah Agus.

Baca juga: Gibran Sindir Cak Imin: Aneh, Timses Selalu Ngomong LFP, tapi Cawapresnya Enggak Paham

Kendati begitu, baterai berbasis LFP diakuinya memiliki umur lebih panjang dibandingkan yang berbasis NMC. Hal itu berdasarkan tingkat panas yang dihasilkan LFP sehingga mempengaruhi ketahanan baterai.

Namun Agus bilang, saat ini teknologi terus berkembang dan dilakukan riset untuk bisa menghasilkan baterai kendaraan listrik yang memiliki daya tahan tinggi, terutama pada baterai berbasis NMC.

"LFP itu panasnya lebih kecil, karena menyedot dayanya lebih rendah. Sedangkan kalau panasnya lebih tinggi, itu umurnya agak pendek. Tapi semuanya lagi dicoba supaya umur lebih panjang dan jarak tempuh lebih panjang. Itu yang jadi tantangan teknologi," ungkap dia.

Baca juga: Bicara Soal LFP, Bos Antam Tetap Optimis Kembangkan Nikel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com