Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah KA Argo Parahyangan yang Kini Jadwalnya Berkurang Drastis

Kompas.com - 04/02/2024, 07:02 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - PT Kereta Api Indonesia (Persero) membenarkan kalau ada pengurangan jadwal Kereta Api (KA) Argo Parahyangan relasi Gambir (Jakarta) ke Kota Bandung per Januari 2024.

Menurut keterangan KAI, jumlah perjalanan KA Argo Parahyangan sebelumnya mencapai 14 perjalanan dalam sehari. Namun pada tahun 2024 berkurang menyisakan 6 perjalanan sehari untuk rute Stasiun Gambir-Bandung dan sebaliknya.

Hilangnya sejumlah jadwal perjalanan KA Argo Parahyangan sebelumnya memang ramai di media sosial. Bahkan beberapa warganet menyebut, sebagian jadwal kereta Argo Parahyangan yang hilang adalah jadwal keberangkatan saat jam sibuk (peak hours) yang jumlah penumpangnya cukup padat.

Banyak yang beranggapan, jumlah frekuensi keberangkatan KA Argo Parahyangan yang dipangkas lebih dari separuh ini berkaitan dengan beroperasinya Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Kereta Cepat Whoosh.

Baca juga: Kabar Whoosh Sepi Penumpang dan Pengurangan Argo Parahyangan

Terlebih lagi, belakangan juga ramai kabar yang dibahas di media sosial kalau Kereta Cepat Whoosh sepi penumpang. Misalnya saja sejumlah unggahan di media sosial X atau Twitter yang menunjukkan gerbong Kereta Cepat Whoosh tampak kosong melompong.

Sejarah Argo Parahyangan

Mengutip keterangan resmi KAI dan pemberitaan Kompas.com, Argo Parahyangan beroperasi sejak 27 April 2010. Artinya, kereta ini sudah melayani penumpang tujuan Jakarta-Bandung selama 14 tahun.

Nama Argo Parahyangan sendiri diambil dari kata Argo yang berarti gunung, di mana penamaan Argo bisa dikatakan sudah menjadi kebiasaan KAI selama puluhan tahun dalam pemberian nama sejumlah rangkaian keretanya.

Sementara Parahyangan merujuk pada sebutan kawasan Provinsi Jawa Barat bagian tengah dan selatan yang dikelilingi pegunungan yang disebut dengan Priangan.

Baca juga: Jadwal KA Argo Parahyangan Berkurang Drastis, demi Whoosh?

Dalam Bahasa Sunda kuno, Priangan atau Parahyangan secara spesifik memiliki arti tempat tinggal para Hyang (dewa). Di mana orang Sunda di masa lalu percaya para dewa bersemayam di pegunungan-pegunungan tinggi di Jawa Barat.

Sementara di masa Hindia Belanda, orang Eropa menyebut kawasan pegunungan dengan panorama sangat indah yang mengelilingi Bandung dengan sebutan Preanger.

Sejatinya, KA Argo Parahyangan merupakan penggabungan dua kereta yang sudah lebih dulu beroperasi di rute yang sama, yakni KA Parahyangan dan KA Argo Gede.

Beroperasi sejak tahun 1971, KA Parahyangan selama puluhan tahun menjadi primadona bagi warga Bandung dan Jakarta. Harga tiketnya relatif terjangkau yakni kisaran Rp 35.000 pada tahun 2000-an.

Namun seiring waktu, KA Parahyangan (cikal bakal KA Argo Parahyangan) mengalami penurunan drastis okupansi penumpang pasca-diresmikannya Tol Cipularang.

Baca juga: Kilas Balik Kereta Cepat, Minta Konsesi 50 Tahun, tapi Ditolak Jonan

Berbagai upaya dilakukan KAI guna menarik minat penumpang agar kembali menggunakan KA Parahyangan seperti diskon tiket pada kurun waktu tahun 2008, namun kebijakan itu tak banyak membuahkan hasil.

Imbasnya, KAI akhirnya terpaksa menghentikan operasional KA Parahyangan pada 2010.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com