Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Starbucks Timur Tengah Akan PHK 2.000 Karyawan Buntut Aksi Boikot

Kompas.com - 06/03/2024, 13:00 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Raksasa ritel GULF, AlShaya Group, yang memiliki hak untuk mengoperasikan Starbucks di Timur Tengah, akan memberhentikan lebih dari 2.000 orang karyawannya.

Dilansir dari The Business Times yang mengutip laporan Reuters, Rabu (6/3/2024), disebutkan bahwa keputusam PHK tersebut diambil lantaran kondisi bisnis ritel menurun akibat terdampak aksi boikot konsumen terkait konflik Gaza.

Perusahaan telah melakukan PHK pada pekan lalu sekitar 4 persen dari total karyawan yang berjumlah 50.000 orang dan sebagian besar terkonsentrasi di waralaba Starbucks di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Baca juga: Soal Aksi Boikot Produk Pro Israel, Hippindo: Itu Rugikan Bangsa Sendiri

AlShaya Group membenarkan keputusan PHK karyawan meski sulit untuk dilakukan. AlShaya Group juga memastikan akan membantu karyawan yang terdampak.

“Sebagai akibat dari kondisi perdagangan yang terus-menerus menantang selama enam bulan terakhir, kami telah mengambil keputusan yang menyedihkan dan sangat sulit untuk mengurangi jumlah kolega di gerai Starbucks MENA kami,” kata Alshaya dalam sebuah pernyataan.

“Kami akan memastikan bahwa kami memberikan rekan-rekan kami yang meninggalkan bisnis ini, dan keluarga mereka, dukungan yang mereka butuhkan,” kata perusahaan tersebut.

Baca juga: Imbas Boikot, Penjualan Unilever di Indonesia Turun 15 Persen

Didirikan pada tahun 1890 di Kuwait, AlShaya adalah salah satu pewaralaba ritel terbesar di kawasan itu yang memiliki hak untuk menjalankan bisnis merek-merek Barat yang populer termasuk The Cheesecake Factory dan Shake Shack.

Perusahaan ini memiliki hak untuk mengoperasikan kedai kopi Starbucks di Timur Tengah sejak tahun 1999. Unit Starbucks menjalankan sekitar 2.000 gerai di 13 negara, di Timur Tengah dan Afrika Utara, serta Asia Tengah.

Sebagai informasi, merek-merek Barat telah terkena dampak kampanye boikot yang sebagian besar terjadi secara spontan atas konflik di Jalur Gaza.

Baca juga: McD Indonesia soal Aksi Boikot Imbas Perang Israel-Hamas

Setelah boikot tersebut, Starbucks pada bulan Oktober menyatakan bahwa mereka adalah organisasi non-politik dan menepis rumor bahwa mereka telah memberikan dukungan kepada pemerintah atau tentara Israel.

Starbucks juga mengatakan pada bulan Januari bahwa konflik di Jalur Gaza telah merugikan bisnisnya di wilayah tersebut lantaran tidak memenuhi ekspektasi pasar terhadap hasil kuartal pertama.

Baca juga: Keluh Kesah Bos Pizza Hut Usahanya Terimbas Gerakan Boikot Produk Israel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com