DI TENGAH sulitnya generasi Z mencari kerja, sebagian di antaranya justru menjadi kepala desa (Kades). Tak hanya mereka, Generasi Y (Millenial) juga mendominasi.
Golongan umur ini lekat dengan teknologi dan dikenal sebagai “digital native”, sehingga gaya dan pola kerjanya diharapkan berbeda dengan generasi sebelumnya.
Penguatan Kades seharusnya jauh lebih mudah, dalam rangka penguatan kapasitas implementasi Undang-Undang (UU) No. 3/2024 hasil revisi kedua UU Desa.
Meski demikian, perlu diurai peta generasi Kades saat ini, sekaligus capaian dan tantangan yang bakal dihadapi.
Saat ini telah banyak desa yang dipimpin oleh generasi muda, terutama Generasi Millenial dan Z. Sebagai gambaran, hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2021 memperlihatkan desa tersebar merata dipimpin oleh seluruh generasi.
Jumlah Kades Generasi Millenial dan Z mengalami peningkatan. Generasi Millenial meningkat 4.921 desa dan Gen Z meningkat 79 desa antara periode 2018-2021.
Jika dilihat dari sebelum UU Desa digulirkan, Kades Millenial meningkat dua kali lipat dari 12.869 desa pada 2014 menjadi 24.579 desa pada 2021. Menariknya ada 116 Kades dari Gen-Z yang lahir antara tahun 1995 hingga 2010.
Sementara desa-desa lain yang dipimpin oleh Kades Generasi "Baby Boomers", lahir tahun 1946-1964, tersisa 8.524 Kades atau 11,3 persen.
Sementara, Kades Generasi X yang lahir tahun 1965-1976 sebanyak 35.137 Kades atau 46,5 persen.
Berdasarkan gender, Kades generasi muda, masih didominasi oleh laki-laki. Total kades laki-laki bekerja di 64.829 desa dan Kades perempuan bekerja di 3.527 desa.
Kades laki-laki Millenial bekerja di 23.117 desa atau 35,7 persen dan perempuan 1.462 desa atau 41,5 persen, sementara usia lebih muda lagi Generasi Z ada di 108 desa dan perempuan di 8 desa.
Sayangnya, tidak ada perbedaan pembangunan desa yang signifikan antara desa-desa yang dipimpin oleh masing-masing generasi.
Hasil pembangunan desa oleh generasi Millenial dan Z secara umum tidak lebih baik dari generasi sebelumnya, karena perlu pengalaman dan peningkatan kemampuan mendiagnosa persoalan desa.
Beberapa indikasi yang dapat diurai mulai dari bagaimana kondisi jalan sebagai fasilitas untuk memperlancar mobilitas, bagaimana sistem informasi desa, serta bagaimana kerja sama Kades dengan desa atau lembaga lainnya.
Pertama, dalam rangka memperlancar mobilitas dari dan ke desa, maka jalan utamanya pun perlu diutamakan.