Pada Agustus, China membiarkan mata uangnya melampaui level 7 yuan per dollar AS untuk pertama kalinya sejak krises keuangan global. Hal tersebut membuat Washington menyebut Beijing sebagai manipulator mata uang.
"Ekspor masih lemah bahkan dalam menghadapi depresiasi mata uang yuan yang substansial, menunjukkan bahwa permintaan eksternal yang lamban adalah faktor paling penting yang mempengaruhi ekspor tahun ini," kata ekonom di Zhong Hai Sheng Rong Capital Management Zhang Yi.
Banyak analis memperkirakan pertumbuhan ekspor akan melambat lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang. Pasalnya, terdapat beberapa kebijakan tarif lanjutan AS yang baru mulai berlaku pada 1 Oktober dan 15 Desember.
Adapun tak hanya ke AS,ekspor China ke Eropa, Korea Selatan, Australia, dan Asia Tenggara juga memburuk, baik secara tahunan maupun jika dibandingkan dengan Juli.
Walaupun demikian, ekspor ke Jepang dan Taiwan sedikit lebih baik dari bulan sebelumnya.
Baca juga: Imbas Protes dan Perang Dagang, Sektor Properti Hong Kong Terpukul
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.