Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rhenald Kasali
Guru Besar Manajemen

Akademisi dan praktisi bisnis yang juga guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sejumlah buku telah dituliskannya antara lain Sembilan Fenomena Bisnis (1997), Change! (2005), Recode Your Change DNA (2007), Disruptions, Tommorow Is Today, Self Disruption dan The Great Shifting. Atas buku-buku yang ditulisnya, Rhenald Kasali mendapat penghargaan Writer of The Year 2018 dari Ikapi

Orang Berduit Bakar Uang, Apa Salahnya?

Kompas.com - 03/12/2019, 10:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Alkisah Henry Ford gelisah melihat banyak orang kehilangan pekerjaan dari bengkel kereta dan peternakan kuda saat industri otomotif mulai menggeliat.

Otomotif bisa menggantinya, namun untuk mengedukasi pasar dibutuhkan biaya besar. Pilihannya: beriklan atau mensubsidi harga.

Suasana bisnis awal abad 20 memang serba terbatas. Media massa untuk beriklan belum memadai, sementara produsen membuat hanya atas dasar pesanan (tailor-made). Akibatnya, pada tahun 1900 hanya sekitar 200 orang yang bisa punya mobil.

Bahkan sampai tahun 1909 hanya 2.000 unit. Jumlah ini tidak cukup untuk melahirkan industri-industri penopang dari kaca, dealership, sampai ke sektor konstruksi dan pembiayaan.

Industri ini baru berubah setelah Ford melakukan breakthrough dalam business model dan melakukan semacam taktik “bakar uang” yang dikenal sebagai Model T.

Sebagian orang bilang, biaya itu dicapai berkat skala ekonomis dan standardisasi suku cadang. Tapi setelah saya baca-baca kembali, sambil tersenyum saya bisa mengatakan “Henry Ford juga bakar duit.” Hal ini karena factory demand selama 10 pertama belum mencapai skala ekonomis (Cristensen, 2019).

Jadi tatkala harga mobil pesanan 1.000 dollar AS, Model T Ford dimurahkan menjadi sekitar sepertiganya yakni 350 dollar AS per unit. Mirip antara persaingan taksi online vs taksi konvensional, bukan?

Baca juga : Gojek Bakal Akhiri Era Bakar Uang

Demand terhadap mobil pun melonjak menjadi 2 jutaan, tapi itu baru terjadi 14 tahun kemudian, 1922. Jadi untuk menjadikannya industri yang menguntungkan memang butuh waktu yang panjang. Bahkan butuh 74 tahun (1982) untuk menjadikannya backbone perekonomian. Ketika satu dari enam orang di Amerika Serikat hidup dari sektor ini.

Lantas, mengapa sekarang orang mau serba instan dalam mendapatkan untung?

Duit Yang Dibakar Milik Mereka, kok Anda Yang Keberatan?

Saya sering berkelakar pada orang yang gemar menyebarluaskan berita tentang bisnis start up yang ada kata sensasinya, yaitu “bakar duit”. Kepanikan dibumbui kata seperti hati-hati, awas, jangan percaya, dan seterusnya. Padahal bisnis mereka bukan penipuan seperti yang dilakukan oleh First Travel atau Abu Tour.

Saya katakan, duitnya ya duit mereka, yang menikmati banyak orang, Kok anda yang repot? Saya malah sebaliknya.

Tengok saja siapa yang menerima manfaatnya: konsumen kini bisa menikmati akses keuangan, belanja jauh lebih murah dan mudah, ada diskon, bebas ongkir, pilihan lebih luas, dan yang bisa bekerja kini lebih banyak.

Lalu di abad 21 ini, uang yang dibakar bukan milik bank, juga bukan milik publik. Siapa yang dirugikan kalau laporan keuangan mereka selama beberapa tahun rugi? Apakah karena ulah mereka, uang anda di bank atau di pasar modal akan hilang? Ternyata tidak juga.

Sebagai catatan perlu diketahui juga bahwa bukan hanya start up seperti Google, Amazon, Uber, Grab, Gojek, Tokopedia yang menerapkan ilmu bakar duit. Kalau kita tengok ke belakang, ternyata juga bukan hanya Ford yang melakukannya.

Di sini, BCA pada masanya juga pernah bakar duit (lewat Gebyar BCA), minuman kesehatan Extra Joss, Aqua dan Le Minerale, Pantene dan Sunsilk, es krim Magnum, Luwak White Coffee dan Top Coffee atau Torabika, sampai kacang Dua Kelinci dan Garuda, semua pernah bakar duit. Hanya saja bentuknya berbeda. Mereka bakar duit melalui media promosi untuk mempercepat demand.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga BBM Shell Per 1 Mei 2024 Naik, Cek Rinciannya!

Harga BBM Shell Per 1 Mei 2024 Naik, Cek Rinciannya!

Whats New
Satgas Judi Online Belum Mulai Bekerja, Pemerintah Masih Susun Formula

Satgas Judi Online Belum Mulai Bekerja, Pemerintah Masih Susun Formula

Whats New
Penyaluran Kredit Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun di Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Whats New
[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

Whats New
Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com