HONG KONG, KOMPAS.com - Produsen mi instan Nissin Foods melaporkan pertumbuhan pendapatan sebesar dua digit di China daratan dan Hong Kong.
Melonjaknya pendapatan Nissin Foods didorong karantina yang dilakukan warga di rumah akibat virus corona. Sehingga, warga menyimpan makanan yang murah dan nyaman disantap.
Dilansir dari South China Morning Post, Selasa (12/5/2020), unit bisnis Nissin Foods di Hong Kong melaporkan pendapatan tumbuh 11,1 persen menjadi 358,4 juta dollar Hong Kong atau setara sekira Rp 688,8 miliar (kurs Rp 1.921 per dollar Hong Kong) pada kuartal I 2020.
Baca juga: Di AS, Mie Instan hingga Kopi RI Berpotensi Raup Transaksi Rp 41,3 Miliar
Ini terjadi lantaran warga menyerbu pasar swalayan untuk membeli mi instan selama masa karantina virus corona. Hal ini diungkapkan Nissin kepada bursa efek pada awal pekan ini.
Sementara itu, pendapatan di China daratan tumbuh 10,3 persen menjadi 526,2 juta dollar Hong Kong atau setara sekira Rp 1 triliun. Ini didongkrak melonjaknya penjualan produk mi di dalam gelas.
Adapun laba kotor Nissin Foods yang melantai di bursa Hong Kong tumbuh 7,9 persen menjadi 284,2 juta dollar Hong Kong atau setara sekira Rp 546,6 miliar pada kuartal I 2020 dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, pemegang saham pengendali, yakni Nissin Foods Holdings atau Nissin Japan melaporkan laba operasional melesat 26,6 persen.
Adapun pendapatan naik 3,9 persen, ditopang naiknya volume penjualan di China daratan dan Hong Kong.
Baca juga: Konsumen Ragu Beli Mie Instan Asal Korea
"Karena adanya virus corona, kebijakan tinggal di rumah selama periode ini membuat permintaan mi instan premium meningkat," kata pihak Nissin Foods dalam laporannya.
Nissin Foods menyatakan, selama kondisi tersebut, penjualan secara tahunan meningkat berkat kuatnya volume penjualan mi instan dalam gelas di China daratan dan mi instan kemasan biasa di Hong Kong, khususnya merek Cup Noodles dan Demae Iccho.
Di Hong Kong, pangsa pasar mi instan Nissin mencapai 60 persen. Menurut Sinolink Securities, Nissin adalah merek mi instan terpopuler ketiga di beberapa provinsi di China bagian selatan.
Nissin pertama kali masuk ke pasar China daratan pada awal era 1990-an dan telah berekspansi di kawasan itu dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun lalu, Nissin berinvestasi pada perusahaan pengemasan di kota Zhuhai.
Dalam beberapa tahun terakhir, segmen makanan instan sedikit merosot dalam beberapa tahun terakhir. Ini lantaran konsumen semakin memilih layanan pesan antar makanan dan makanan sehat.
Baca juga: Disumbang Mie Instan, Laba Bersih Indofood CBP Naik 15 Persen
"Sejak tahun 2017, industri mi instan membaik karena promosi dan subsidi operator pesan antar makanan telah menurun," tulis Sinolink Securities dalam laporannya.
Namun demikian, sejumlah analis memandang pertumbuhan penjualan mi instan selama masa pandemi virus corona bisa hanya sementara.
Kurangnya inovasi dan kemampuan untuk beradaptasi pada kebutuhan konsumen yang cepat berubah dapat memberatkan pertumbuhan dalam jangka panjang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.