Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Suku Bunga Kredit Susah Turun? Ini Penjelasan Bos BI

Kompas.com - 28/09/2020, 13:38 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga BI-7DRR 4 kali (100 bps) pada tahun 2020.

Penurunan suku bunga acuan ini berefek pada penurunan suku bunga pasar uang sebesar 2,5 persen (253 bps), dan bunga deposito di perbankan sebesar 1,3 persen (134 bps).

Namun, penurunan suku bunga kredit perbankan cenderung lebih lambat, hanya berkisar 0,8 persen atau 83 bps.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, lambatnya penurunan suku bunga kredit di perbankan disebabkan oleh beberapa faktor.

Baca juga: Mitra Usaha Gojek Bisa Dapatkan KUR dengan Bunga 0 Persen, Bagaimana Caranya?

Menurut dia, hal itu berkaitan dengan risiko penyaluran kredit di tengah pandemi dan keperluan bank untuk membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).

"Kalau suku bunga dana turun, likuiditas berlebih, kok suku bunga kredit belum turun cepat? Tentu saja ini berkaitan dengan risiko kredit dan keperluan perbankan melakukan pencadangan. Itu yang barangkali penurunan suku bunga kredit tidak lebih cepat," kata Perry dalam dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI, Senin (28/9/2020).

Perry menuturkan, pertumbuhan kredit selama pandemi Covid-19 memang melemah. Penyaluran kredit pada Agustus 2020 hanya mencapai 1,04 persen secara tahunan (year on year). Penyaluran bahkan lebih rendah dibanding posisi Juli sebesar 1,53 persen (yoy).

Penyaluran kredit yang rendah ini tak lepas dari faktor permintaan kredit yang masih lambat, di samping risiko kredit macet yang membayangi perbankan. Apalagi, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross terkerek naik menjadi 3,22 persen.

"Kredit di bulan Agustus memang rendah 1,04 persen. Dari sisi penawaran pemelahan kredit terjadi akibat faktor risiko kredit. Permintaan juga masih rendah," ucapnya.

Baca juga: BCA Sediakan KPR dengan Suku Bunga Spesial, Simak di Sini

Faktor pertumbuhan kredit yang melambat ini juga dipengaruhi oleh mobilitas manusia yang terbatas dan membuat ekonomi sulit bergerak. Justru saat ini, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh dobel digit didorong kekhawatiran masyarakat.

Tercatat, pertumbuhan DPK perbankan sebesar 11,64 persen yoy. Pertumbuhan DPK ditopang oleh pertumbuhan DPK Bank BUKU 4 yang mencapai 15,37 persen (yoy).

"Jadi yang menjadi isu tentu saja adalah intermediasi. Di satu sisi menunjukkan DPK tumbuh tinggi sampai Agustus 11,64 persen, kreditnya masih berjalan lambat 1,04 persen," pungkasnya.

Baca juga: Mau Simpan Uang di Deposito? Ini Bank yang Tawarkan Bunga Tertinggi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Whats New
Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Whats New
Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Whats New
Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Whats New
Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Whats New
Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Whats New
Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Whats New
Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

Whats New
IHSG Turun 0,84 Persen di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Turun 0,84 Persen di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Harga Emas Terbaru 2 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 2 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 2 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 2 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Kamis 2 Mei 2024, Harga Jagung Tk Peternak Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 2 Mei 2024, Harga Jagung Tk Peternak Naik

Whats New
CIMB Niaga Cetak Laba Sebelum Pajak Rp 2,2 Triliun pada Kuartal I-2024

CIMB Niaga Cetak Laba Sebelum Pajak Rp 2,2 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku Mei 2024

Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku Mei 2024

Whats New
Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com