Dalam mengelola usaha, keluarganya berbagi tugas. Ibunya membuat adonan rengginang hingga menjadi siap dibumbui, lalu pemberian bumbu dan pengemasan dilanjutkan oleh Ayahnya. Fransiska sendiri bertugas untuk bagian pemasaran.
Tantangan lainnya adalah peralatan dan perlengkapan yang terbatas. Contohnya, dalam hal pengeringan rengginang sebelum akhirnya siap di goreng, itu hanya bergantung pada kualitas cahaya matahari yang ada.
"Usaha kami baru sekeluarga inti saja untuk produksi hingga pemasaran. Produknya pun masih tradisional, belum ada mesin," ujar dia.
Meski banyak tantangan yang harus dihadapi dalam menjalankan usaha, namun bukan berarti itu menjadi alasan untuk Fransiska menyerah mengembangkan bisnisnya.
Dia mengungkapkan, ingin usaha keluarganya bisa berkembang lebih jauh. Ke depannya ia menargetkan bisa memperbaharui peralatan produksi dengan mesin yang memadai, sehingga bisa memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Varian rasa pun turut dikembangkan, ke depan Adakalanya akan punya camilan rengginang dengan rasa pisang manis dan stroberi.
Selain itu, Fransiska ingin meningkatkan kelas usahanya melalui legalisasi perizinan, seperti mendapat Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) dan Izin Produk Industri Rumah Tangga (P-IRT). Dengan demikian, pemasaran pun bisa semakin luas.
"Karena rencana kami mau masuk ke semua marketplace, atau masuk ke minimarket yang khusus menjual oleh-oleh," ungkapnya.
Baca juga: Riset: 9 Persen UMKM yang Go Digital Catat Kenaikan Omzet saat Pandemi
Tips Menjalankan Usaha
Fransiska mengatakan, dalam merintis sebuah usaha hal terpenting adalah mengenali produk yang akan ditawarkan kepada konsumen. Tentu akan lebih baik jika ahli di bidang produk tersebut, seperti Ibunya yang memang cakap dalam membuat rengginang.
Kemudian, lakukan riset dan inovasi produk tersebut dengan memperhatikan permintaan pasar. Hal ini juga yang dilakukan Fransiska dengan memberikan tester inovasi rengginangnya ke banyak pihak untuk mendapatkan penilaian.
Hal lainnya yang turut penting adalah produk tersebut harus memiliki ciri khas, sehingga tak sekedar ikut-ikutan tren. Tujuannya, agar konsumen merasakan perbedaan dan berkelanjutan membeli produk tersebut.
"Sebelum memulai usaha banyak lakukan riset, jangan sampai kita ikut-ikutan tren tapi produk kita enggak punya ciri khas," saran Fransiska.
Baca juga: Resign di Tengah Pandemi, Wim Jadi Tukang Sayur Beromzet Puluhan Juta Rupiah
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.