Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Peluang Turunkan Suku Bunga, BI: Lihat Dulu, Ini Sudah yang Terendah

Kompas.com - 22/01/2021, 11:56 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7 days reserve repo rate (BI-7DRRR).

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya akan melihat berbagai perkembangan ekonomi dari beberapa indikator sebelum menurunkan suku bunga lebih lanjut.

Apalagi saat ini, suku bunga BI di level 3,75 persen sudah yang terendah sepanjang sejarah bank sentral.

Baca juga: BI: Nilai Tukar Sudah di Bawah Rp 14.000, Berpotensi Terus Menguat

"Suku bunga sudah 3,75 persen, terakhir kami pertahankan. Apakah masih ada room penurunan? masih ada. Tapi apakah akan kita pakai? Lihat dulu. Masalahnya ini sudah yang terendah," kata Perry dalam diskusi Infobank Membangun Optimisme Pasca Pandemi Covid-19 secara virtual, Jumat (22/1/2021).

Perry menyebut, masalah utamanya bukan di suku bunga bank sentral.

Namun, suku bunga kredit belum turun, di samping permintaan kredit dari masyarakat dan korporasi belum kunjung membaik.

Dia tak ingin penurunan suku bunga lebih lanjut justru akan membuat nilai tukar rupiah terpuruk.

"Masalahnya sekarang bukan di suku bunga BI, sudah rendah banget. Suku bunga kredit yang belum turun, demand yang belum naik. Itu makanya kita lebih fokus ke situ, mengatasi kredit crunch sambil melihat globalnya seperti apa, kami juga tidak ingin nilai tukarnya tidak stabil," ungkap Perry.

Baca juga: Efek Joe Biden, BI Proyeksi Modal Asing ke RI Bakal Tembus 19 Miliar Dollar AS

Namun intinya, bank sentral tetap akan mempertahankan kebijakan suku bunga rendah dan likuiditas longgar selama angka inflasi belum membaik.

Hingga kini, angka inflasi masih rendah.

Pada akhir 2020, inflasi tercatat rendah sebesar 1,6 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan berada di bawah kisaran sasaran 3 plus minus 1 persen.

Begitupun dengan inflasi inti (core inflation) sebesar 1,6 persen (yoy).

"Suku bunga tetap akan kami jaga rendah. Sampai kapan? Sampai kami lihat ada tanda-tanda awal inflasi. Sebelum ada tanda-tanda inflasi, suku bunga kami akan rendah. Likuiditas akan terus longgar, kalau belum ada tekanan dari inflasi inti," pungkas Perry.

Baca juga: Sepanjang 2020, BI Suntik Likuiditas Rp 726,57 Triliun ke Perbankan

Sebelumnya, BI mempertahankan suku bunga acuan BI 7 days (reserve) repo rate (BI-7DRR) di level 3,75 persen.

Keputusan menyusul hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang terselenggara pada 20-21 Januari 2021.

BI juga mempertahankan suku bunga deposit facility sebesar 3 persen dan suku bunga lending facility sebesar 4,5 persen.

Perry mengatakan, keputusan ini konsisten dengan perkiraan inflasi yang rendah, stabilitas eksternal dan nilai tukar rupiah yang terjaga, serta upaya bersama untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.

"Berdasarkan asesmen menyeluruh, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 20-21 Januari 2021, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan BI-7DRR tetap sebesar 3,75 persen," kata Perry dalam konferensi pers pengumuman RDG Desember secara virtual, Kamis (17/11/2020).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com