Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Kalau Enggak Mau Kebanjiran Impor, Jangan Ikut Kerja Sama Dagang!

Kompas.com - 08/03/2021, 20:10 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan, masuknya produk impor ke Indonesia tak lepas dari langkah pemerintah yang menjalin perjanjian perdagangan bebas dengan sejumlah negara.

Lantaran saat Indonesia ingin produknya di ekspor sebanyak mungkin, maka negara mitra dagang tentu ingin produknya juga masuk ke Indonesia.

"Ini implikasi perdagangan internasional yang pada akhirnya impor barang konsumsi semakin banjir," ujar Ahmad dalam webinar Indef, Senin (8/3/2021). 

Baca juga: [POPULER MONEY] Impor Beras Setelah Serukan Benci Produk Asing | Ribuan Alumni Kartu Prakerja Jadi Wirausaha

Oleh sebab itu, menurut Ahmad, tak tepat bila Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggaungkan benci produk luar negeri.

Kampanye ini dinilai dapat memicu retaliasi atau tindakan balasan dari negara mitra dagang yang akhirnya menghambat ekspor produk Indonesia.

"Jadi sebenarnya itu salah sendiri, kalau misalnya enggak mau kebanjiran impor, yah jangan dulu ratifikasi perdagangan bebas," kata dia.

"Kalau keputusannya sudah bulat untuk ikut berbagai kerja sama perdagangan bebas, konsekuensinya harus mau terima impor. Ini kok mau ikutan kerja samanya tapi impornya enggak mau terima," lanjut Ahmad.

Meski demikian, Ahmad menekankan, kerja sama perdagangan bebas tanpa adanya persiapan yang matang memang bakal berdampak bagi industri dalam negeri.

Baca juga: Jokowi Heran: Saya Ngomong Benci Produk Asing, Begitu Saja Ramai

Salah satunya bisa menimbulkan defisit neraca perdagangan.

Selain itu, berpotensi terjadinya trade creation effect, yaitu peluang peningkatan kesejahteraan masyarakat negara mitra dagang lebih tinggi ketimbang masyarakat Indonesia.

"Ini implikasi-implikasi yang perlu diperhatikan, mungkin hitungan seperti ini masih minim dilakukan kita," ucap dia.

Oleh sebab itu, Ahmad menilai, sejalan dengan banyaknya perjanjian dagang yang dimiliki Indonesia, pemerintah harus mampu menyiapkan dan mendorong produk-produk lokal berdaya saing dengan produk impor.

Menurut dia, hal itu dapat dilakukan dengan industrialisasi yakni dengan penguatan struktur dari hulu ke hilir guna meningkatkan nilai tambah produk.

Baca juga: Pemerintah Didesak Kaji Ulang Kebijakan Impor Beras 1 Juta Ton

Sehingga rantai pasok menjadi kuat dan terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, subtitusi impor, hingga ekspor. 

"Karena kalau sudah kuat strukturnya dengan mekanisme perdagangan bebas apapun kita enggak perlu takut," ujar dia. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Utang Pemerintah ke Bulog Capai Rp 16 Triliun, Dirut: Hampir Semua Sudah Dibayarkan

Utang Pemerintah ke Bulog Capai Rp 16 Triliun, Dirut: Hampir Semua Sudah Dibayarkan

Whats New
Kian Susut, Surplus APBN Tinggal Rp 8,1 Triliun

Kian Susut, Surplus APBN Tinggal Rp 8,1 Triliun

Whats New
IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com