JAKARTA, KOMPAS.com - PT PLN (Persero) menikmati dampak positif dari kebijakan larangan ekspor bijih nikel yang diteken pemerintah pada tahun lalu.
Hal itu membuat konsumsi listrik di Sulawesi yang merupakan daerah penghasil nikel jadi meningkat.
Direktur Bisnis PLN Regional Sulawesi, Maluku, Papua & Nusa Tenggara Syamsul Huda menjelaskan, akibat kebijakan itu, setiap perusahaan tambang membangun smelter untuk mengolah bijih nikel.
Baca juga: Beban Puncak Listrik Naik Saat Lebaran, PLN Pastikan Pasokan Aman
Pengoperasian smelter tersebut meningkatkan konsumsi listrik.
"Menariknya di Sulawesi ini yang dapatkan berkah dari kebijakan pemerintah bahwa tidak boleh ekspor nikel sebelum diolah di sini. Artinya pengolahan di sini membutuhkan smelter dan jadi potensi pasar yang besar bagi Sulawesi," ujar Huda dalam konferensi pers virtual, Selasa (11/5/2021).
Huda menjelaskan, normalnya beban listrik di Sulawesi rata-rata hanya 2.000 Megawatt (MW).
Namun, dengan adanya larangan ekspor bijih nikel, beban puncaknya bisa naik tiga kali lipat dari normal.
"Ada potensi pasar smelter, jadi sekitar 6.100 MW. Nah ini kan tiga kali lipat dari beban puncak yang eksisting di Sulawesi," imbuh dia.
Baca juga: 4.002 Gardu Terdampak Badai Seroja Diperbaiki, PLN: Listrik di NTT Pulih 100 Persen
Huda mengatakan, konsumsi listrik pada industri smelter ini masih bisa digenjot lagi.
Oleh sebab itu, PLN terus melakukan pendekatan kepada para pelaku bisnis.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.